Jika kita perhatikan,
apa yang dipelajari anak didik dalam masyarakat tradisional hampir sama bagi
semua anak sesuai dengan tugasnya di kemudian hari. Anak laki-laki belajar apa
yang perlu dikuasai orang laki-laki lewat pengalaman terhadap ayahnya, dilatih
ayahnya dan mencoba atas prakarsa sendiri keterampilan-keterampilan anak
laki-laki lainnya yang lebih dewasa.
Dengan proses yang sesederhana itu telah dapat dikuasai hal-hal yang perlu bagi
seorang laki—laki karena apa yang dilakukan oleh orang laki-laki dewasa dari
generasi yang satu ke generasi berikutnya adalah sama.
Demikian pula halnya
ddengan anak perempuan. Ia belajar secara alami tentang tugasnya di masa dewasa
lewat ibunya dan anak wanita yang lebih tua lainnya, karena tugas itu sama dari
generasi ke generasi.
Anak dalam masyarakat
yang tradisional tidak membutuhkan kemampuan yang lain dari yang telah ada,
karena tidak ada tuntutan untuk itu. A[a yang berlaku pada orang tuanya akan
terjadi pada dirinya pula. Hidup demikian cukup memadai, dianggap enak,
mentenramkana, karena tidak ada hal-hal yang asing yang perlu dihadapi, tidak
ada hal-hal baru yang menantang. Dalam masyarakat tradisional hampir tidak ada
perubahan dalam tata kehidupannya sehingga setelah dewasa pennguasaan terhadap
apa yang perlu dikuasai oleh orang dewasa dapat dikatakan tuntas selesai
dipelajari lewat proses pendidikan yang sederhana.
Pada tingkat
perkembangan tertentu, anak didik diinisiasi dengan suatu upacara adat yang menandai
ia telah meningggalkan masa kanak-kanaknya dan menjadi orang dewasa.
No comments:
Post a Comment