Kelas Nusa

Kelas Nusa
Kelas Nusa : Kita Semua adalah Inspirasi

Tuesday, 14 April 2020

Tut Wuri Handayani filosofi Pendidikan yang Kian Memudar


Tut Wuri Handayani


Tut Wuri Handayani filosofi Pendidikan yang Kian Memudar

Tut Wuri Handayani adalah filosofi pendidikan asli bangsa Indonesia. Satu dari tiga Prinsip yang diajarkan oleh Bapak Ki Hajar Dewantara. Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Seorang pemimpin harus mampu memberikan contoh karena pemipin adalah ujung tombak segala keputusan menyangkut pendidikan. Pendidik adalah orang yang diberikan amanah untuk memberikan ide-ide cemerlang sekaligus penyemangat pembuka jalan masa depan anak didiknya.  Pendidik harus mampu menterjemahkan kebijakan pendidikan dengan baik dengan penuh profesionalitas dan responsibilitas. Melaksanakan segala kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk memajukan pendidikan nasional dengan penuh rasa bangga dan sikap pengabdian.

Baca juga :

Bagaimana Ibu Ainun Habibie Mendidik Ilham dan Thareq menjadi Orang Hebat?

Yuk Kepoin Sistem Sekolah di Jerman

Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Seorang bangsawan dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Sebagai anak dari lingkungan keluarga keraton Yogyakarta Soewardi kecil mendapat pendidikan yang baik. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) dan kemudian melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputra) namu tidak sampai tamat. Sebagai anak lingkungan keraton tidak menjadikannya angkuh dan sombong justru hal tersebut menjadi api semangatnya untuk memperjuangkan harkat dan mastabat bangsanya sendiri terhadap penjajahan oleh bangsa  kolonial belanda.

Ki Hajar Dewantara sejak awal bercita-cita untuk terciptanya pendidikan nasional yaitu pendidikan yang berazas pada kebudayaan bangsa sendiri. Berusaha untuk mendidik anak muda bangsa menjadi anak muda yang berkesadaran kebangsaan dan kebudayaan bangsa sendiri. Memang tak heran, bertahun-tahun mengalami penjajahan tergeruslah kebudayaan asli bangsa sendiri.

Pinandita Satria yaitu guru yang berjiwa kesatria, mempersiapkan peserta didik untuk melindungi bangsa dan negara. Ki Hajar Dewantara menginginkan guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlamawan dan juga menyiapkan para anak didik menjadi pembela nusa dan bangsa. Dengan kata lain, Sosok pendidik yang utama adalah sebagai model atau keteladanan baru kemudian adalah sebagai pengajar. Guru yang dicita-citakan Ki Hajar Dewantara adalah Guru yang mengajarkan kebaikan, keluhuran, dan keutamaan.

Pendidikan sejatinya dilaksanakan berdasarkan sistem Among, yaitu sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikat kodrat alam dan kemerdekaan. Pendidik harus mencurahkan dirinya 24 jam setiap hari untuk memberikan pelayanan kepada anak didik sebagaimana orang tua juga memberikan pelayanan kepada anaknya.

Sistem Among berdasarkan yang ada pada Sistem Tut Wuri Handayani. Jadi, orientasi pendidikan adalah peserta didik. Dalam isitilah sekarang kita mengenalnya Student Centered . Sistem ini memandang betul pentingnya pendidikan yang mengembangkan minat dan potensi peserta didik. Pendidik berhak meluruskan apabila peserta didik tidak pada jalan yang benar.

Pancadarma yang menjadi pemikiran Ki Hajar Dewantara. Yaitu :

1.       Kodrat Alam ( memperhatikan sunatullah )

2.       Kebudayaan (menerapkan teori Trikon)

3.       Kemerdekaan (memperhatikan potensi dan minat masing-masing individu)

4.       Kebangsaan (berorientasi pada keutuhan bangsa dengan berbagai ragam perbedaan yang ada)

5.       Kemanusiaan (menjunjung harkat dan martabat setiap orang)

Ki Hajar Dewantara pernah mengutarakan konsep Belajar 3 Dinding. Ternyata apabila kita memahami filosofinya hal ini sangat perlu untuk realitas pendidikan sekarang. Konsep Belajar 3 Dinding mengandung maksud bahwa seolah tidak ada batas atau jarak antara di dalam kelas dengan realita di luar. Kita tentu masih ingat Jika ruang kelas dimana kita belajar rata-rata adalah segiempat dimana dengan konsep 3 dinding artinya ada satu dinding yang terbuka sehingga siswa didalam kelas dapat juga dapat belajar memahami realitas kehidupan di luar, kita mengenalnya konsep contekstuallearning.

Mungkin konsep tersebut bukan konsep baru dalam pendidikan tetapi bila kita melihatnya betapa beliau memiliki wawasan yang sangat luas dan mampu mengadaptasinya kedalam budaya bangsa Indonesia sendiri.

Pendidikan harus menyelenggarakan kerjasama yang selaras antar tiga pusat pendidikan (tri pusat pendidikan) yaitu : Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Antara satu dan lainnya harus senantiasa melakukan koordinasi dan saling membantu menyukseskan jalannya pendidikan bangsa. Pendidikan menjadi penyokong kedaulatan negara melalui pendidikanlah suatu negara dapat terus kuat ditengah dinamika ketidakpastian dunia.

Terimakasih telah membaca tulisan kami, jangan lupa berikan komentar like dan bagikan sebanyak-banyaknya ke media sosial kalian ya supaya kami dapat berkembang terus,

Salam.

 BELAJAR EJAAN yang Benar YUK!  

Buka EJAAN BAHASA

 

No comments:

Post a Comment