Kelas Nusa

Kelas Nusa
Kelas Nusa : Kita Semua adalah Inspirasi

Thursday 12 July 2018

Pembelajaran Budi Pekerti di Sekolah Dasar

Lihat RPP Tematik SD, kunjungi menu "RPP Tematik" pilih RPP sesuai tingkatan kelas, Tema dan Pembelajaranya

Pembelajaran Budi Pekerti Di Sekolah Dasar
Melalui Apresiasi Karya Sastra
( Makalah disampaikan Dalam Seminar Nasional Di PGSD FIP UNNES) 
Oleh: HY. Poniyo

Abstrak: Garis-Garis Besar Program Pengajaran ( GBPP ) untuk Sekolah Dasar ( SD ) 2006 tidak mencatumkan budi pekerti sebagai mata pelajaran tersendiri di SD. Pembelajaran budi pekerti di SD diberikan secara terpadu dengan mata pelajaran yang ada di SD.
Budi pekerti yang bermakna akhlak, watak, tingkah laku digunakan sebagai alat panduan ( tuntunan ) akal dan perasaan untuk menimbang baik buruk: tabiat, akhlak, watak, perbuatan seseorang ( Suharningsih 2006: 34 ). Budi pekerti sebagai alat panduan bertujuan membentuk pribadi individu menjadi manusia yang baik, sebagai warga masyarakat dan warga negara ( Aeni 2005: 14 ).
Oleh karena itu pembelajaran budi pekerti perlu dibelajarkan kepada siswa SD yang juga sebagai bagian dari masyarakat dan warga Negara Indonesia. Pembelajaran budi pekerti memiliki posisi yang sangat strategis dalam pembelajaran di SD. Pem-belajaran budi pekerti melalui apresiasi karya sastra akan memberikan sumbangan terhadap pengembangan watak dan pembengunan bangsa menuju manusia Indonesia seutuhnya.
Pembelajaran apresiasi karya sastra yang bermuatan budi pekerti akan memberikan nilai-nilai budi pekerti terhadap pembentukan kepribadian siswa SD yang berakhlak serta berwatak luhur. 

Kata kunci: pembelajaran, budi pekerti, apresiasi, karya sastra


Akhir-akhir ini masyarakat dan lembaga pendidikan formal banyak mendapat ke-caman kurang berhasil dalam mewujudkan tingakah laku siswa yang mencerminkan berbudi pekerti luhur.
Kenyataan di masyarakat menunjukkan semakin banyak siswa melakukan tawuran antar pelajar, perbutan asusila, criminal, dan mengabaikan sopan santun. Ada siswa se-pulang sekolah melakukan tawuran antar siswa sekolah lain sampai memakan korban nyawa, ada pula siswa berlainan jenis tertangkap basah bermesraan di kamar hotel, bahkan ada siswa yang membolos dan secara sembunyi-sembunyi menonton gambar porno melalui pemutaran vcd pada jam sekolah. Lebih parah lagi di sekolah ada siswa yang cukup berani memukul guru yang sedang melaksanakan proses belajar mengajar. Peristiwa-peristiwa yang mencoreng dunia pendidikan itu dapat kita baca dan tonton melalui media cetak ( surat kabar ) atau media elektronik ( tv ).
Kegagalan lembaga pendidikan formal dalam menjalankan fungsinya mendapatkan reaksi yang positif dari kalangan masyarakat dan orang tua siswa. Reaksi itu berupa dukungan perlunya pemberian pembelajaran budi pekerti di sekolah bagi siswa ( Aeni 2006: 15 ). Ahli pendidikan juga sepakat akan pentingnya pembelajaran budipekerti melalui jalur pendidikan formal. Sekolah harus mengupayakan dengan berbagai al-ternatif pembelajaran untuk menginternalisasikan nilai-nilai budi pekerti kepada diri siswa termasuk siswa SD.
Uraian di muka memunculkan pertanyaan: “ Bagaimana sekolah sebagai lembaga pendidikan formal berperan dan bertanggung jawab pada masalah ini?”. Bagaimana pula proses pembelajaran budi pekerti dilaksanakan di SD melalui pembelajaran apresiasi karya sastra?.
Pendidikan bukanlah hanya menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan formal ( sekolah ). Keberhasilannya juga didukung oleh keluarga dan masyarakat. Setiap ang-gota keluarga dan masyarakat harus berpartisipasi guna membantu tercapainya tujuan pendidikan. Keterlibatan keluarga, dan masyarakat dalam masalah pendidikan ini se-bagaimana dinyatakan oleh Darsiti Soeratman ( 1989: 102 ) dengan istilah Tri Pusat Pendidikan. Demikian pula halnya dengan pendidikan budi pekerti yang dibelajarkan kepada siswa SD.
Pembelajaran budi pekerti tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah terlebih hanya tanggung jawab guru saja melainkan juga menjadi tanggung jawab seluruh kom-ponen pendidikan. Sekolah, keluarga serta masyarakat mengusahakan secara senergi sehingga pembelajaran budi pekerti yang bertujuan membentuk warga Negara yang ba-ik, bermoral, berakhlak luhur serta mampu mengamalkan pengetahuan yang diperoleh dari pembelajaran budi pekerti terwujud dalam kehidupan sehari-hari.
Di sekolah guru memegang peran yang utama dalam usaha menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam budi pekerti itu. Guru mewujudkan nilai-nilai budi pekerti itu dalam proses pembelajarannya.
Sebagaimana dinyatakan oleh suharningsih ( 2006: 33 ) bahwa dampak pem-belajaran nilai budi pekerti harus menjadi bagian tak terpisahkan dari proses pembe-lajaran suatu mata pelajaran. Suharningsih mencotohkan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di upayakan secara terencana dan terpadu agar nilai-nilai budi pekerti tercakup dalam pokok bahasan mata pelajaran bahasa Indonesia. Guru dalam proses pembelajaran mewujudkannya sehingga terjadi penghayatan ( internalisasi ) dan kepribadian ( personalisasi ) nilai-nilai budi pekerti. 
Siswa menghayati dan memahami nilai-nilai budi pekerti itu bersamaan dengan isi pembelajaran mata pelajaran yang dibelajarkan. Demikian pula halnya dengan pem-belajaran apresiasi karya sastra di SD. Guru mengupayakan secara terencana sehingga terjadi internalisasi dan personalisasi nilai-nilai budi pekerti pada siswa SD. Oleh ka-renanya guru perlu memperhatikan semua prinsip pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran budi pekerti melalui pembelajaran apresiasi karya sastra yang bermuatan nilai-nilai budi pekerti.

Pengertian , Tujuan Pembelajaran Budi Pekerti Dan Apresiasi Karya Sastra

Djago Tarigan ( 1997: 18 ) menyatakan bahwa pengertian pembelajaran adalah pengalaman belajar yang dialami siswa dalam proses mencapai tujuan khusus pem-belajaran. Tarigan selanjutnya menyatakan bahwa pengertian pembelajaran sama de-ngan pengalaman belajar. Adapun pengalaman belajar itu mengacu pada pengertian yang sama dengan istilah kegiatan belajar, sama pula dengan proses belajar dan akti-vitas belajar. Siswa dalam pengalaman belajar menguasai materi pembelajaran.
Berdasarkan KBBI ( 1989: 13 ) yang dimaksud budi pekerti adalah tingkah laku, perangai, watak, akhlak. Budi pekerti merupakan alat batin sebagai panduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk. Karena itu yang dimaksud pembelajaran budi pekerti adalah pengalaman belajar siswa yang dialami dalam proses mencapai ni-lai-nilai luhur pembelajaran budi pekerti. 
Pembelajaran budi pekerti bertujuan untuk memfasilitasi, melengkapi, meng-internalisasi, mempersonalisasi, dan mengembangkan keterampilan sosial yang me-mungkinkan tumbuh dan berkembangnya akhlak mulia dalam perilaku sehari-hari ( Su-harningsih : 2006: 35 ).
Dalam konteks pembelajaran apresiasi karya sastra tujuan tersebut dijabarkan da-lam pengembangan pembelajaran dan sumber belajar dari materi karya sastra dan apre-siasinya. Hal itu dimaksudkan agar siswa berkemampuan menggunakan pengetahuan nilai-nilai budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari.
Apresiasi karya sastra sebagai wahana menumbuhkan dan mengembangkan serta mewujudkan sikap dan perilaku siswa yang mencerminkan akhlak mulia manusia se-utuhnya.
Tujuan tersebut secara operasional perlu dijabarkan dalam pembelajaran apresiasi karya sastra dalam membangun budaya persekolahan berwawasan akhlak mulia, Bu-daya sekolah yang seperti itu diharapkan dapat menjadi teladan atau model pembel-ajaran budi pekerti secara utuh.
Apresiasi karya sastra dalam pembelajarannya di SD bukanlah merupakan mata pelajaran tersendiri sebagaimana mata pelajaran matematika, IPA, IPS dan yang la-innya. Pembelajaran apresiasi karya sastra menjadi satu kesatuan dengan mata pe-lajaran bahasa Indonesia.
GBPP bahasa Indonesia SD ( 1994: 18 ) menyatakan bahwa tujuan umum pem-belajaran apresiasi karya sastra adalah siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, ser-ta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Tujuan umum itu ditegaskan lagi dalam tujuan khususnya yaitu siswa memiliki kemampuan membaca serta memi-liki kegemaran menikmati karya sastra untuk meningkatkan kepribadian, mempertajam kepekaan perasaan dan memperluas wawasan kehidupannya. 
Dari tujuan umum dan khusus tersebut tercermin adanya penanaman nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran budi pekerti antara lain: untuk mengembangkan dan meningkatkan kepribadian serta mempertajam kepekaan perasaan diri siswa SD. Tujuan tersebut diharapkan agar siswa SD berwatak, bertabiat, dan bertingkah laku yang luhur dan mulia.
Karya sastra merupakan hasil karya sastrawan dalam rangka mengabadikan penga-lamannya ( Suhariyanto, 1992: 2 ) dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran budi peker-ti. Karya sastra itu merupakan perwujudan dari berbagai sentehuan yang dirasakan sas-trawan ketika berjumpa dengan kehidupan sekitarnya.
Pengalaman sastrawan itu dapat berupa peristiwa yang langsung dialami oleh sas-trawan sendiri. Contoh karya sastra berikut ini mengungkapkan apa yang langsung dia-lami sastrawannya agar orang lain juga ikut merasakannya.

Anakku
Ya, kekasihku…….
Engkau datang mengintai hidup,
Engkau datang menunjukkan muka,
Tapi sekejab matamu kau tutup,
Melihat terang anakda tak suka.

Mulut kecil tiada kau buka,
Tangis teriakmu tak diperdengarkan,
Alamat hidup wartakan suka, 
Kau diam, anakku, kami kau tinggalkan.

Sedikitpun matamu tak mengerling,
Memandang ibumu sakit terguling.
Air matamu tak bercucuran,
Tinggalkan ibumu tak penghiburan.

Kau diam, diam, kekasihku,
Tak kau katakan barang pesanan,
Akan penghibur duka di dadaku,
Kekasihku anakku, mengapa kian?

Sebagai anak melalui sedikit,
Akan rumah kami berdua.
Tak anak tak insaf sakit,
Yang diderita orang tua.

Tangan kecil lemah tergantung,
Tak diangkat memeluk ibumu,
Menyapu dadanya, menyapu jantung,
Hiburkan hatinya, sayangkan ibumu.

Selekas anakda dating,
Selekas anakda, pulang,
Tinggalkan ibumu sakit terlintang,
Tinggalkan bapa sakit mengenang.

Selamat dating adakda kami,
Selamat jalan kekasih hati.

Anak kami Tuhan berikan,
Anak kami, Tuhan panggilkan.
Hati kami Tuhan hiburkan,
Nama Tuhan kami pujikan.

Oleh: Y. E. Tatengkeng


Y. E. Tatengkeng sebagai sastrawan mengalami peristiwa yang menyentuh perasa-annya. Sebagai sastrawan ia menyatakan sedih, pilu, iba begitu menyaksikan kematian anaknya saat lahir. Pengalaman hidup yang diabadikan lewat puisi sebagai karya sastra merupakan pengalaman tidak langsung. M. Yamin sebagai sastrawan memiliki penga-laman tentang kehidupan anak gembala. Sastrawan itu bukannya sebagai gembala yang sesungguhnya. M.Yamin sebagai sastrawan berjumpa dengan kehidupan gembala. Ke-hidupan itu kemudian menyentuh perasaannya dan diabadikan dalam karya sastra berbentuk puisi berjudul Gembala.

Gembala
Perasaan siapa tidakkan nyala
Melihatkan anak berlagu dendang
Seorang sahaja di tengah padang
Tiada berbaju buka kepala.

Beginilah nasib anak gembala
Berteduh di bawah, kayu nan rindang,
Semenjak pagi meninggalkan kandang
Pulang ke rumah di senja kala.

Jauh sedikit, sesayup sampai
Terdengar olehku bunyi serunai
Melagukan alam, nan molek permai

Wahai gembala di segara hijau
Mendengar puputmu menurutkan kerbau
Maulah aku menurutkan dikau

Oleh: M. Yamin

Sastrawan melalui karya sastra bermaksud mengajak pembaca ( siswa SD ) untuk i-kut serta merasakan apa yang dirasakannya. M. Yamin mengajak pembaca agar ikut merasakan ataupun menghayati kehidupan gembala. Pembaca karya sastra ( apresiator ) diharapkan oleh sastrawan memahami nilai-nilai yang tersurat dan yang tersirat dalam karya sastra tersebut. Sastrawan berharap pula agar pembaca ikut merasakan peristiwa-peristiwa kehidupan sekitar yang menjadi pengalamannya. Untuk itulah karya sastra dapat dimanfaatkan sebagai wadah pembelajaran budi pekerti bagi siswa SD.
Guru mengajak siswa melalui pembelajaran apresiasi karya sastra melakukan ke-giatan mengapresiasi. Suhariyanto ( 1992:2 ) menyatakan bahwa kegiatan mengapre-siasi itu adlah suatu kegiatan penggumulan terhadap karya sastra yang dapat menim-bulkan pengalaman yang tepat terhadap nilai sastranya. Apresiator ( siswa SD ) beru-saha untuk ikut memahami, menghargai, menghayati, merasakan, menikmati penga-laman sastrawan yang tertuang dalam bentuk-bentuk karya sastra seperti: puisi, do-geng, cerita pendek atau bentuk karya sastra yang lainnya. 
Bagi siswa SD melalui kegiatan mengapresiasi karya sastra diharapkan memper-oleh tentang kehidupan sekitar. Hal itu akan membantu siswa SD dalam pencapaian tujuan pendidikan membentuk manusia seutuhnya.

Pembelajaran Apresiasi Karya Sastra Bermuatan Budi Pekerti

Tujuan pendidikan Nasional kita yang tercantum dalam UU RI Th. 2003 bertujuan mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertangung jawab. Rumusan tujuan pendidikan itu benar-benar menyatakan bahwa manusia Indonesia yang berbudi pekerti luhur dan bertanggung jawab sangatlah dibutuhkan oleh bangsa dan Negara Indonesia. Demikian pula halnya dengan siswa SD, tidak hanya cukup menguasai ilmu pengeta-huan dan teknologi. Siswa SD perlu juga berbudi pekerti, bertingkah laku, dan bertutur kata yang baik.
Siswa SD yang berbudi pekerti akan mewujudkan tingkah lakunya sebagai anak yang berakhlak dan berperilaku baik. Kelangsungan hidup persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia akan sangat rentan jika siswa SD yang merupakan bagian dari bangsa Indonesia tidak berbudi pekerti luhur.
Oleh karenanya sangatlah strategis materi pembelajaran apresiasi karya sastra di SD itu bermuatan pembelajaran budi pekerti. Pemilihan tema karya sastra seperti: keju-juran, tolong menolong, kesabaran, rendah hati, toleransi merupakan tema karya sastra yang mengandung nilai-nilai pembelajaran budi pekerti bagi siswa SD.
Karakter ( watak ) yang melekat pada masing-masing tokoh ceritera seperti: pe-maaf, murah hati, penolong, jujur, rajin, taat beribadah dapat dijadikan contoh perbu-atan budi pekerti yang baik. Lewat penokohan dalam ceritera siswa SD diajak meng-apresiasi karakter tokoh yang baik dan yang buruk.
Bentuk karya sastra seperti: pantun, gurindam juga mengandung nilai-nilai pem-belajaran budi pekerti. Bentuk-bentuk karya sastra seperti itu masih sangat relevan se-bagai sarana pembelajaran budi pekerti yang tidak mebosankan bagi siswa SD.
Contoh pantun dan gurindam berikut ini mengandung nilai-nlai budi pekerti yang luhur bagi siswa SD.

Pantun
Pisang emas bawa berlayar
Masak sebiji di atas peti
Utang emas boleh dibayar
Utang budi dibawa mati 

Gurindam

Pikir dahulu sebelum berkata
Supaya terelak silang sengketa

Kurang piker kurang siasat
Tentu dirimu kelak tersesat

Demikian pula halnya dengan materi pembelajaran majas seperti: ringan sama di-jinjing, berat sama dipikul. Pemakain majas tersebut dalam berbahasa mengandung ni-lai budi pekerti yang baik bagi siswa SD. 
Pilihan kata dalam karya sastra juga mempertimbangkan kepekaan rasa. Kata-kata seperti: tuna rungu, tuna wicara, bersantap, hadir mengandung nilai rasa makna halus. Kata-kata itu juga bernuansakan rasa kepekaan perasaan. Jika penutur memakai kata tuli, bisu, buta akan sangat terasa sekali nilai rasa makna yang kasar.

Langkah Pembelajaran Budi Pekerti Melalui Apresiasi Karya Sastra

Suharningsih ( 2006:38 ) menyatakan bahwa dalam pembelajaran, guru perlu mem-buat pengelolaan pembelajaran terlebih dulu. Pengelolaan pembelajaran itu berdasar-kan tugas pokok guru. Pengelolaan pembelajaran mencakupi: penyusunan program pembelajaran, menyajikan program pembelajaran, melaksanakan evaluasi pembelajar-an, menganalisis hasil evaluasi pembelajaran, dan menyusun perbaikan serta melak-sa-nakan pengayaan terhadap hasil belajar siswa. 
Masing-masingtugas pokok guru tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Menyusun program pembelajaran yang mencakupi: menyusun laporan tahunan, menyusun program semester, dan menyusun program pembelajaran dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ).
b. Guru dalam menyajikan program pembelajaran pada dasarnya melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar hendaknya sesuai dengan rencana yang sudah dibuat. Untuk mencapai tujuan khusus pembelajaran yang telah dirumuskan oleh guru, dapat dilaksanakan melalui kegiatan belajar mengajar. Guru dalam kbm dapat memilih pendekatan metode, teknik sesuai dengan perkembangan siswa. Posisi guru dalam mem-bantu siswa belajar sebagaimana dinyatakan Jago Tarigan ( 1997:39 ) adalah sebagai:
1. Organisator: pengatar kegiatan kea rah tujuan
2. Konduktor: menjaga dan mengatur keserasian kegiatan proses belajar mengajar ke sasaran yang telah ditetapkan.
3. Katalisator: pengantar kegiatan kearah tujuan.
4. Pengarah: mengarahkan semua kegiatan proses belajar mengajar ke tujuan instruksional
5. Inisiator: pengambil inisiatif pertama sehinga muncul gairah kerja
6. Moderator: pengantar siswa ke arah masalah
7. Transmitter: penyebar ide, ilmu, peraturan, kebijakan pimpinan dan lain-lain
8. Fasilitator: pemberi kemudahan belajar siswa
9. Evaluator: penilai kegiatan proses KBM terutama prestasi hasil belajar siswa.

c. Melaksanakan Evaluasi Belajar
      Penilaian yang terarah untuk mengetahui tercapainya semua tujuan pembelajaran khusus yang telah dirumuskan dengan butir-butir soal yang baik. Evaluasi juga untuk mengetahui berhasil tidaknya KBM yang dilakukan, untuk memahami tentang jenis penilaian dalam pelaksanaan pemberian nilai, untuk menganalisis hasil penilaian, pe-ngisian nilai rapor dan laporan hasil penilaian.
Pembuatan soal hendaknya menggunakan kisi-kisi soal dan memperhatikan validitas, reabilitas dengan konstruksi soal dan bahasa yang baik. Penilaian dilaksanakan secara tertulis, jujur dan teratur. Pengoreksian jawaban soal dilaksanakan secara obyektif. Ha-sil ulangan dibagikan kepada siswa dan dibahas secara klasikal.

d. Menyusun program Perbaikan Pengayaan
Materi yang perlu diulang oleh siswa yang belum tuntas belajar perlu direncanakan dan dilaksanakan dalam program perbaikan. Kegiatan ini juga perlu merencanakan dan melaksanakan materi pembelajaran untuk keperluan pengayaan materi pembelajaran bagi siswa. 

Tahapan Pekerti Melalui Pelaksanaan Pembelajaran Apresiasi Karya Sastra
Guru tentunya mengharapkan agar proses belajar mengajarnya berlangsung mena-rik selain tercapainya tujuan pembelajaran. Untuk mendukung tercapainya hal itu pada diri guru pembelajar apresiasi karya sastra perlu: a) mengetahui ( memiliki ) penge-tahuan yang memadahi tentang sastra, b) memiliki minat yang cukup terhadap sastra, c) memahami secara benar hakikat karya sastra dan apresiasinya, d) memiliki kemam-puan mengapresiasi karya sastra, e) memahami tujuan pembelajaran apresiasi karya sastra. 

Adapun tahapan pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Guru memilih materi pembelajaran apresiasi karya sastra. Guru pada tahapan ini menetapkan materi pembelajaran sebagaimana yang tercantum dalam GBPP baha-sa Indonesia di SD. Pada butir pembelajaran yang sudah ditetapkan , guru dapat merumuskan tujuan pembelajaran khusus yang hendak dicapai berdasarkan tujuan umum pembelajaran. Tujuan umum dijabarkan menjadi tjuan khusus yang kemu-dian dijabarkan menjadi tujuan kelas yang akhirnya dirumuskan menjadi tu-juan pembelajaran khusus yang ada dalam setiap kegiatan belajar.

Berdasarkan butir pembelajaran itu guru menetapkan materi pembelajaran. Materi pembelajaran yang dipilih tentu saja berdasarkan tema budi pekerti. Hal yang menjadi pertimbangan pemilihan materi pembelajaran apresiasi karya sastra adalah tingakat keterbacaan dan tingkat kesuaian. Supriadi ( 1992: 351 ) menyatakan yang dimaksud dengan tingakat keterbacaan adalah mudah tidaknya suatu materi karya sastra dicerna, dihayati, dipahami, atau dimengerti oleh siswa. Untuk memenuhi tingkat keterbacaan materi apresiasi karya sastra perlu adanya kejelasan bahasa. Kejelasan bahasa yang dimaksud adalah menghindari kalimat yang rumit, kata-kata lugas, tema mudah ditemukan, kesederhanaan alur, perwatakan tokoh, kejelasan tokoh, dan tempat kejadi-an peristiwa. Materi apresiasi karya sastra harus menunjukkan kesuaian. Maksudnya materi itu hendaknya dengan pertimbangan cocok tidaknya sebagai materi pembel-ajaran di SD. Guru perlu memperhatikan perkembengan psikologi anak serta perkem-bangan moral yang ada di materi tersebut.

b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pada tahapan ini guru melakukan kegiatan membacakan karya sastra yang dapat berupa prosa atau puisi. Guru dapat mengambil bagian yang menarik untuk dibacakan di hadapan siswa SD. Pembacan dapat pula dilakukan oleh siswa secara bergantian se-hingga ada nuansa kerja sama. Kelanjutan dari kegiatan membaca, guru dapat meng-ajukan pertanyaan untuk mengetahui pemehaman siswa akan materi sastra yang baru dibaca. Kegitan Tanya jawab dapat membimbing siswa kea rah penguatan, penemuan atau diskusi. Kegiatan diskusi apresiasi karya sastra selain melatih keterampilan ber-bahasa lisan juga berlatih menemukan unsure-unsur instrinsik karya sastra.Kegiatan pembelajaran apresiasi karya sastra dapat pula mendramatisasikan ceritera yang dibaca guru, sehingga kegiatan belajar lebih berpusat pada siswa.

c. Tahapan evaluasi
Penilaian mengandung makna sebagai suatu proses untuk mendapatkan berbagai in-formasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai siswa. Hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk menentukan tindakan ( perlakuan ) pembelajaran selanjutnya ( Djago Tarigan, 1997:24). 

Pembelajaran apresiasi karya sastra akan menjadi lengkap jika disertai dengan evaluasi. Guru dapat mengetahui tingkat keberhasilan belajar mengajarnya. Evaluasi akan memberikan umpan balik cara guru mengajar dan cara murid belajar. Evaluasi pembelajaran apresiasi karya sastra dapat berupa tes perbuatan misalnya bermain pe-ran ataupun tes tertulis berupa soal tentang unsur-unsur instrinsik karya sastra. Mi-sal-nya saja karakter tokoh yang mengandung nilai-nilai pembelajaran budi pekerti.

d. Analisis hasil Penilaian
Kegiatan hasil analisis penilaian pembelajaran apresiasi karya sastra sangat ber-manfaat untuk mengetahui tingakat keberhasilan siswa baik secara individu maupun kelompok dalam ketuntasan belajar. Selain itu guru dapat mengetahui materi pembelajaran yang sudah dikuasai dan yang belum dikuasai siswa.


e. Tindak Lanjut
Kegiatan tidak lanjut merupakan kegiatan pembelajaran yang berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran. Kegiatan ini dapat berupa program satuan pembelajaran yang baru dan dapat pula melaksanakan program perbaikan atau pengayaan materi pembe-lajaran apresiasi karya sastra bila ada siswa mengalami kegagalan. 

Muatan Nilai-nilai Budi Pekerti Dalam Pembelajaran Apresiasi Karya Sastra 
Materi pembelajaran apresiasi karya sastra dapat dimuati nilai-nilai budi pekerti. Hal ini sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai dalam siswa memiliki kegemaran membaca, menikmati karya sastra untuk meningkatkan kepribadian, mempertajam ke-pekaan perasaan, dan memperluas wawasan kehidupannya. Materi karya sastra dan a-presiasinya bila dilaksanakan secara benar akan menambah wawasan siswa akan: kehi-dupan, keindahan, keadilan, kejujuran, ketuhanan, keserakahan, kebohongan, dan lain sebagainya yang sangat bermanfaat bagi perkembangan siswa sebagai manusia yang utuh.

Guru dapat memilih materi-materi apresiasi karya sastra yang bermuatan nilai-nilai budi pekerti. Contoh: Si Malin Kundang, Bawang Merah Bawang Putih. Dalam ceri-tera itu ditunjukkan nilai budi pekerti yang baik seperti; hormat orang tua, berakhlak mulia bukan sebaliknya.
Karya sastra yang memiliki unsur instriksik dapat dimuati nilai-nilai budi pekerti. Misalnya saja melalui perwatakan tokoh dapat menampilkan nilai budi pekerti seperti kejujuran, pemaf, penolong, kerja sama atau sifat-sifat yang baik lainnya dari watak to-koh ceritera.Dengan siswa dapat menemukan karakter tokoh yang baik itu, pada diri siswa akan tertanam perilaku yang baik bukanlah yang sebaliknya.

Simpulan

Guru memiliki peran yang sangat strategis dalam menanamkan nilai-nilai pendi-dikan budi pekerti. Nilai-nilai pembelajaran budi pekerti harus menjadi milik siswa SD. Hal ini sangat perlu agar siswa SD tidak hanya menguasai pembelajaran ranah kognitif saja, tetapi juga memiliki ranah afektif dan psikomotor.
Kepemilikan nilai-nilai budi pekerti yang ada pada siswa SD, pemerolehannya dapat melalui pembelajaran apresiasi karya sastra. Pembelajarannya menjadi tanggung jawab guru tanpa harus meninggalkan tugas-tugas pokok yaitu membelajarkan semua mata pelajaran yang ada di SD.
Pembelajaran budi pekerti sebagai pendidikan nilai bertujuan agar siswa mampu mewujudkan dalam perilakunya sehari-hari. Pembelajaran apresiasi karya sastra yang bermuatan nilai-nilai budi pekerti akan membantu siswa dalam mengembangkan kepribadiannya sebagai manusia yang utuh berahklak luhur dan mulian.


Daftar Pustaka
Aeni, Khurotul. 2005. Pendidikan Budi Pekerti Sebagai Pendidikan Afektif. Semarang: FIP UNNES. Edukasi th. XVI. Januari- April Hlm.14

Depdikbud. 1993. Kurikulum Pendidikan Dasar. Garis-Garis Besar Program Peng-ajaran SD. Jakarta: Dirjen Dikdasmen

Depdikbud. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Suharningsih. 2006. Pengintegrasian Budi Pekerti Dalam Pembelajaran Bahasa Indo-nesia. Semarang: FIP UNNES Edukasi. XVI. Januari – April Hlm.33

Suharianto. 1992. Sastra Dan pengajarannya. Makalah Disampaikan Dalam Seminar Pengajaran Sastra dan Apresiasinya. Tegal: FKIP UPS Tegal

Soeratman, Darsiti. 1989. Ki Hajar Dewantoro. Jakarta: Depdikbud Direktorat Sejarah Dan Nilai Tradisional

Tarigan ,Djago. 1997. Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia. Jakarta: Depdikbud PPMG

No comments:

Post a Comment