Kelas Nusa

Kelas Nusa
Kelas Nusa : Kita Semua adalah Inspirasi

Wednesday 22 April 2020

Kekerasa Anak Kekerasan yang dilakukan Anak!

Hai Selamat Datang di Blog SD Nusa. Bapak/Ibu Guru serta teman-teman Guru Muda Indonesia. Selamat Membaca Tulisan-tulisan kami ya! 

 

Kekerasan anak dan Kekerasan yang Dilakukan Anak!

Apakah Sahabat SD Nusa secara sadar menghindari berita di sekitar tentang kekerasan anak?

Apakah Sahabat SD Nusa berusaha agar anak-anak kalian tidak mendengar berita  terlalu banyak?

Apakah fenomena kekerasan yang terus menerus yang ditayangkan di media menjadi lebih dari yang Sahabat SD Nusa inginkan atau bahkan dapat kita pahami?

Kekerasan Anak

Jika demikian, Sahabat SD Nusa tidak sendirian. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kekerasan telah menjadi endemik dalam masyarakat kita, baik dalam kehidupan nyata maupun dalam kehidupan yang  digambarkan dalam acara televisi, video game, dan media lainnya. Tetapi kabar baiknya adalah bahwa ada upaya yang sedang dilakukan sekarang untuk mengatasi masalah yang berkontribusi terhadap fenomena yang mengganggu ini.

Meskipun kekerasan yang kita lihat atau digambarkan dalam berita atau di media mungkin tampak jauh berbeda dari kehidupan kita sehari-hari, seringkali anak-anak kita terpapar dengan kekerasan dan agresi di dunia mereka melalui ejekan dan intimidasi, yang dalam kasus ekstrem dapat menyebabkan anak-anak dan orang dewasa yang menjadi korban kekerasan.

Kekerasan dalam Keluarga

Dalam hal menghadapi masalah kekerasan, Kita secara khusus perlu memahami tentang apa yang ingin kita ajarkan kepada anak-anak  tentang cara memperlakukan orang lain.

Pertimbangkan bagaimana aturan dan interaksi  dengan anak-anak yang dapat mencerminkan nilai-nilai sikap empati terhadap orang lain. Seperti misalnya, membatasi jam menonton televisi dan film yang mereka tonton dan permainan video yang mereka mainkan yang memiliki kekerasan sebagai tema utama. Hindari jam-jam penayangan acara telivisi yang mempertontonkan kekerasan meskipun itu adalah komedi.

Keluarga sebagai lingkungan di rumah perlu memiliki peraturan  yang melarang memukul, memanggil nama, atau menggoda. Orang tua secara konsisten  menindaklanjuti dengan aturan Anda. Anak-anak perlu  mendapatkan pesan yang jelas bahwa kekerasan tidak dapat diterima dan memberikan pemahaman kepada mereka bahwa perlunya memperlakukan semua orang dengan hormat. Keluarga harus menumbuhkan sikap mendorong kerja sama, kasih sayang, dan kepedulian terhadap orang lain.

Ketika orang tua memukul anak-anak mereka, mereka secara tidak sengaja mengajar anak-anak mereka bahwa tidak masalah untuk menyerang orang lain secara fisik ketika marah; bahwa orang yang lebih besar dapat menggunakan sarana fisik untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan; bahwa tidak ada cara lain yang lebih damai untuk merespons ketika marah atau frustrasi.

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya menggunakan hukuman fisik lebih cenderung menjadi kasar dan menggunakan sarana fisik untuk merespons situasi yang membuat frustrasi. Anak-anak ini lebih marah dan kurang menghargai orang lain daripada anak-anak yang orang tuanya menggunakan cara lain untuk mendisiplinkan dan umumnya memperlakukan mereka dengan hormat.

 

Kekerasan Remaja

Kita adalah Model Peran Paling Penting bagi Anak-anak. Karena anak-anak akan selalu memperhatikan,  dan membuat model adalah cara paling ampuh bagi orang tua untuk memengaruhi sikap dan perilaku anak-anak mereka.  Anak-anak akan melihat kita saat memperlakukan orang lain, apakah itu orang kasir di supermarket, tetangga kita, teman kita, pasangan, atau mertua.

Hal yang paling penting, bagaimana kita harus tetap merespons anak-anak  ketika sedang marah dengan mereka. Harga diri adalah penyangga  terhadap kekerasan dalam keluarga

Anak-anak dengan harga diri yang sehat lebih kecil kemungkinannya untuk kembali ke kekerasan atau intimidasi. Mereka percaya diri dengan kemampuan dan perasaan mereka bahwa mereka dapat dicintai dan mampu. Mereka tidak perlu mengintimidasi atau merendahkan orang lain untuk merasa senang tentang diri mereka sendiri. Mereka dapat menerima keterbatasan mereka dan memiliki kepercayaan diri untuk bekerja memperbaiki diri tanpa menjadi kecil hati.

 

Bantu Anak-Anak  Membentuk Citra Diri yang Sehat dan Realistis

Temukan hal-hal untuk memuji anak-anak. Masuki pikiran mereka baik-baik, dan jujurlah dengan kata-kata baik. Tapi jangan berlebihan; anak-anak bisa mengendus ketidaktulusan. Identifikasi bidang kompetensi dan minat mereka dan bangun di atas kekuatan tersebut.

Ajari anak-anak tentang keterampilan hidup sehari-hari sehingga mereka mengembangkan kepercayaan diri bahwa mereka dapat menjadi orang yang mandiri dan berfungsi baik yang dapat menangani diri mereka sendiri di dunia.

Berikan anak tantangan yang merentangkan mereka di luar tingkat kenyamanan mereka sambil menawarkan dukungan saat mereka menjelajah ke area baru. Punya standar yang tinggi tetapi yang bisa dicapai oleh anak-anak  secara realistis.

Mintalah anak-anak  bertanggung jawab atas perilaku mereka dan untuk memenuhi harapan dan aturan Anda.

 
Hubungan Positif dengan Anak Anda adalah Kunci

Hubungan yang  dibangun dengan anak-anak  akan menjadi dasar dari semua hubungan lain yang mereka kembangkan dalam kehidupan mereka.

Baca Juga :

5 Pola Asuh Anak (Parenting) yang Baik agar Anak Tumbuh Sesuai dengan Tingkat Perkembangannya

5 Kesalahan Pola Asuh Anak (Parenting) yang Harus Orang tua Hindari


jika Anda hormat, baik hati, dan penuh kasih sayang;

jika Anda mendengarkan mereka tanpa menghakimi ketika mereka kesal;

jika Anda disiplin dengan cara yang adil, tegas, dan konsisten.

Hubungan yang hangat dan menerima ini juga akan menjadi apa yang mereka harapkan dalam hubungan mereka yang lain dan akan menjadi prototipe yang akan menentukan bagaimana mereka berhubungan dengan orang lain.

 Dengan membesarkan anak-anak  di lingkungan yang tanpa kekerasan dan penuh rasa hormat di mana mereka merasa dicintai dan aman, kita dapat membantu mereka menjadi orang-orang yang penuh kasih, perhatian, dan penyayang.

Satu anak, satu keluarga pada suatu waktu dapat membendung gelombang kekerasan yang telah tumbuh di masyarakat kita dan sebaliknya dapat membangun budaya peduli yang dapat menyebar ke orang lain di lingkungan kita.

Terimakasih, jangan lupa untuk memberikan komentar dan saran serta share ke media sosial kalian ya

Salam

Tuesday 21 April 2020

5 Pola Asuh Anak (Parenting) yang Baik agar Anak Tumbuh Sesuai dengan Tingkat Perkembangannya

Hai Selamat Datang di Blog SD Nusa. Bapak/Ibu Guru serta teman-teman Guru Muda Indonesia. Selamat Membaca Tulisan-tulisan kami ya!

5 Pola Asuh Anak (Parenting) yang Baik agar Anak Tumbuh Sesuai dengan Perkembangannya

 

Anak merupakan Karunia dan Nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Sehingga kehadiran anak di tengah-tengah keluarga merupakan kenikmatan sendiri yang hanya bisa dirasakan oleh orang tuanya. Setiap orang tua tentu mengharapkan anaknya tumbuh menjadi anak yang baik dan shaleh serta membawa keberkahan bagi kedua orang tuanya, memberikan manfaat bagi kedua orang tuanya. Namun dalam mendidik seorang anak adalah tantangan tersendiri. Sebab, anak kita hidup pada keadan yang tidak sama seperti saat kita kanak-kanak dahulu. Perkembangan teknologi, sosial dan budaya menuntut orang tua harus mampu menyesuaikan dengan keadaan zaman. Memahami pola asuh anak adalah penting untuk setiap orang tua. Diantara 5 Pola Asuh Anak (Parenting) yang baik ini bisa orang tua terapkan di rumah.

Baca Juga :

Bagaimana Ibu Ainunun Habibie mendidik Ilham dan Tharieq Habibie menjadi orang hebat?

1.    1. Pola Asuh Positif (Positif Parenting)

Pola Asuh Positif

Pola Asuh Anak (Parenting) Positif memberikan anak bimbingan dan menasehatinya tentang apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Orang tua mengajarkan nilai-nilai positif dalam kehidupan. Sehingga anak memahami tentang konsekuensi dalam setiap tindakan.

2.    2. Pola Asuh Mercusuar (Lighthouse Parenting)

trial and error

Pola Asuh Anak (Parenting)  Mercusuar membiasakan anak untuk menerima kegagalan. Memberikan keleluasaan anak untuk dapat mengalami trial and error. Anak akan memahami konsekuensi bahwa belajar adalah proses, dan pada setiap proses bisa saja bertemu dengan kegagalan. Orang tua perlu mengimbangi dengan memberikan  dukungan, dorongan dan nasehat agar anak tidak patah semangat untuk terus menyelesaikan kesulitan-kesulitannya. Anak akan tumbuh menjadi individu yang tangguh dan cakap.

3.    3. Pola Asuh Holistik (Spiritual Parenting/Holistic Parenting)

Pola asuh Holistik

Pola Asuh  Anak (parenting) Holistik memberikan contoh perilaku yang baik kepada anak melalui contoh-contoh dari orang tua sendiri. Orang tua adalah model di rumah bagi anak-anak. Anak-anak dikatakan lebih mudah menerima contoh secara langsung dari orangtua dibandingkan mendengarkan contoh dari perkataan orang tuanya. Orang tua memberikan keleluasaan kepada anak untuk mengembangkan keyakinan sesuai kepribadian masing-masing. Orang tua menghargai perbedaan kepribadian masing-masing anak. Anak-anak memiliki kesadaran batin dan empati terhadap orang tuanya.

4.    4. Pola Asuh Pendampingan (Nurturant Parenting)

Pola Asuh Pendampingan

Pola Asuh Anak (Parenting) Nurturant memberikan  keleluasaan anak untuk mengeksplorasi lingkungan sekitarnya dengan pengawasan orang tua. Orang tua memberikan batasan kepada anak dan orang lain diharap mematuhinya juga. Anak akan dapat berempati terhadap orang lain, bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain dan cenderung memiliki rasa percaya diri.

5.    5. Pola Asuh Hipnosis (Hypnoparenting)

Hipnoparenting

Pola Asuh Anak (Parenting) Hipnosis memberikan sugesti positif terhadap anak berkaitan dengan perkembangan dan pendidikan anak. Orang tua memberikan dukungan dan bantuan kepada anak secara emosional. Anak-anak lebih terbuka terhadap persoalan-persoalan yang tengah mereka hadapi.

Demikian 5 Pola Asuh Anak yang Baik agar Anak Tumbuh Sesuai dengan Tingkat Perkembangannya. 

Berikan komentar, saran dan kritik kepada kami agar kami dapat terus memberikan informasi yang menarik untuk kalian. Share ke media sosial kalian agar kami dapat menyampaikan informasi lebih luas lagi. Terimakasih telah membaca,

Baca Juga :

5 Kesalahan Pola Asuh Anak yang Harus Kita Hindari

 

Salam

Sumber Referensi  : https://id.theasianparent.com/faktor-risiko-alergi-pada-anak

5 Kesalahan Pola Asuh Anak (Parenting) yang Harus Orang tua Hindari

Hai Selamat Datang Sobat SD Nusa. Bapak/Ibu Guru serta teman-teman Guru Muda Indonesia. Selamat Membaca Tulisan-tulisan kami ya! 

5 Kesalahan Pola Asuh Anak (Parenting) ini harus orang tua hindari

Seringnya kita melihat orang tua yang menasehati anaknya dengan mengatakan “saat Ayah/Ibu seusia kamu sudah bisa….” Atau “Dulu seusia kamu Ayah/Ibu tidak melakukan hal semacam ini…”. Mungkin kita tidak menyadarinya bahwa nasehat tersebut akan membuat anak justru kehilangan kepercayaan dirinya. Jika kita kembali pada waktu kecil dulu kita pun mendapatkan kata-kata seperti itu kan? Lalu apa yang kita rasakan, tentu saja kesal bukan?. Namun tetap saja meskipun kita mengetahuinya, tetapi semacam itu masih saja terulang pada anak-anak kita. Beberapa pola asuh anak berikut ini pada umumnya tidak kita sadari memiliki dampak tidak baik untuk tumbuh kembang anak.

Baca Juga :

Bagaimana Ibu Ainun Habibie mendidik anaknya Iham dan Tharieq Habibie menjadi anak yang hebat?

1. Pola Asuh (Parenting) Otoritarian

Parenting Otoritarian

Pola Asuk Anak (parenting)  dengan adanya aturan yang ketat di rumah, Hukuman yang keras namun tidak diikuti dengan pemberian pemahaman yang benar dan kehangatan batin. Orang tua sering berkata “Saat seusiamu Ayah sudah bisa ….”,dsb. Pola Asuh (parenting)  ini mengakibatkan anak menjadi kurang percaya diri, pendiam, kurang mampu bersosialisasi, bahkan cenderung kurang berprestasi di sekolah.

2. Pola Asuh (Parenting) Narsistik

Parenting Naristik

Pola Asuh anak (parenting) semacam ini terkadang ditemukan disekitar kita, orang tua sangat memaksakan anak untuk dapat mencapai cita-cita atau harapan yang tidak didapatkan orang tuanya semenjak kecil. Tentu saja anak tidak mampu mengeksplorasi minat dan potensi dirinya sendiri. Apabila si anak mendapatkan apa yang menjadi cita-cita orang  tuanya, anak cenderung akan dipuja secara berlebihan.

3. Pola Asuh (Parenting) Berlebihan atau (Helicopter Parenting)

Pola Asuh Berlebihan

Pola Asuh Anak (Parenting) Berlebihan atau Helicopter Parenting kita bisa mengenalnya dengan ciri-ciri orang tua yang selalu ingin terlibat dalam segala aspek kehidupan anak. Kita sering menemukan ini pada teman kita bukan?. Apabila anak mendapatkan suatu permasalahan dengan teman bermainnya orang tua akan terlibat. Anak tidak dibiarkan untuk mandiri menyelesaikan permasalahannya sendiri. Sehingga, anak tidak mampu memahami setiap kesalahan dari perbuatannya sendiri sehingga cenderung tidak dapat memahami konsekuensi yang akan mereka hadapi. 

4.Pola Asuh (Parenting) Ubur-Ubur atau (Jellyfish Parenting)

Pola Asuh Ubur-ubur

Pola Asuh Anak (Parenting) pada beberapa kondisi sering kita temui, orang tua hanya sedikit memberikan sedikit aturan dan sedikit pula memberikan harapan kepada anaknya. Orang tua banyak mengalah untuk menghindari permusuhan dengan anak.  Anak dengan pola asuh ini cenderung kurang mampu bersosialisai dan juga akademis. Anak tidak mampu melakukan kontrol diri pada saat remaja/dewasa nanti akibatnya cenderung dekat dengan lingkungan pergaulan yang tidak baik. 

5. Pola Asuh (Parenting) ala Macan (Tiger Parenting)

Tiger Parenting

Pola Asuh Anak (Parenting) dimana orang tua memaksakan anak untuk mencapai keberhasilan dalam segala bidang utamanya pada bidang akademik. Ciri-cirinya adalah orang tua yang memaksakan anak untuk mencapai kesempurnaan pada semua mata pelajaran di sekolah. Orang tua membiasakan dengan pemberian disiplin yang ketat dank eras, kontrol penuh, dan harapan yang tinggi terhadap anak. Dampak buruknya adalah  anak akan menjadi depresi, mudah cemas, dan kurang percaya diri. 

Demikian” 5 Kesalahan Pola Asuh Anak (Parenting)  yang Masih Sering Dilakukan oleh Orang tua“. Mudah-mudahan menjadi informasi yang baik untuk para orang tua yang sedang mencari rumus pola asuh terbaik untuk anaknya. Anak adalah anugerah, setiap anak terlahir dalam keadaan suci maka orang tua nya lah yang dapat memberikan warna untuk anaknya.

Terimakasih telah membaca tulisan kami, jangan lupa berikan komentar dan share tulisan ini agar lebih bisa bermanfaat untuk orang lain.

 

Salam


Baca Juga  : 5 Pola Asuh Anak (Parenting) yang Baik agar Anak Tumbuh Sesuai dengan Perkembangannya 

Referensi Pustaka  : https://id.theasianparent.com/faktor-risiko-alergi-pada-anak


Sunday 19 April 2020

Penulisan Angka dan Bilangan EYD

Hai Selamat Datang di Blog SD Nusa. Bapak/Ibu Guru serta teman-teman Guru Muda Indonesia. Selamat Membaca Tulisan-tulisan kami ya! 

Penulisan Angka dan Bilangan EYD

G. Angka dan Bilangan

Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata.Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor.Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.

Angka Arab

 :

0,1,2,3,4,5,6,7,8,9

Angka Romawi

 :

I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)

 

1.

Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau paparan.

Misalnya:

Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.

Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku.

Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang tidak memberikan suara.

Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan.

2.

Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat.

Misalnya:

Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian.

Panitia mengundang 250 orang peserta.

Bukan:

250 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu.

3.

Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.

Misalnya:

Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.

Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.

Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.

4.

Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah.

 

Misalnya:

0,5 sentimeter

tahun 1928

5 kilogram

17 Agustus 1945

4 meter persegi

1 jam 20 menit

10 liter

pukul 15.00

Rp5.000,00

10 persen

US$3,50*

27 orang

£5,10*

¥100

2.000 rupiah

Catatan:

(1)

Tanda titik pada contoh bertanda bintang (*) merupakan tanda desimal.

(2)

Penulisan lambang mata uang, seperti Rp, US$, £, dan ¥ tidak diakhiri dengan tanda titik dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yang mengikutinya, kecuali di dalam tabel.

 

5.

Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar.

Misalnya:

Jalan Tanah Abang I No. 15

Jalan Wijaya No. 14

Apartemen No. 5

Hotel Mahameru, Kamar 169

6.

Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.

Misalnya:

Bab X, Pasal 5, halaman 252

Surah Yasin: 9

Markus 2: 3

7.

Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.

a.

Bilangan utuh

Misalnya:

dua belas

(12)

tiga puluh

(30)

lima ribu

(5000)

b.

Bilangan pecahan

Misalnya:

setengah

(1/2)

seperenam belas

(1/16)

tiga perempat

(3/4)

dua persepuluh

(0,2) atau (2/10)

tiga dua pertiga

(3 2/3)

satu persen

(1%)

satu permil

(1‰)

Catatan:

(1)

Pada penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi digunakan di antara bilangan utuh dan bilangan pecahan.

(2)

Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan lambang bilangan dengan huruf yang dapat menimbulkan salah pengertian.

 

Misalnya:

20 2/3

(dua puluh dua-pertiga)

22/30

(dua-puluh-dua pertiga puluh)

20 15/17

(dua puluh lima-belas pertujuh belas)

150 2/3

(seratus lima puluh dua-pertiga)

152/3

(seratus-lima-puluh-dua pertiga)

8.

Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.

Misalnya:

a.

pada awal abad XX (angka Romawi kapital)
dalam kehidupan pada abad ke-20 ini (huruf dan angka Arab
pada awal abad kedua puluh (huruf)

b.

kantor di tingkat II gedung itu (angka Romawi)
di tingkat ke-2 gedung itu (huruf dan angka Arab)
di tingkat kedua gedung itu (huruf)

9.

Penulisan bilangan yang mendapat akhiran an mengikuti cara berikut. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung,

Misalnya:

lima lembar uang 1.000-an

(lima lembar uang seribuan)

tahun 1950-an

(tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)

uang 5.000-an

(uang lima-ribuan)

10.

Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi).

Misalnya:

Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.

Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.

Rumah itu dijual dengan harga Rp125.000.000,00.

11.

Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.

Misalnya:

Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).

Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.

Dia membeli uang dolar Amerika Serikat sebanyak $5,000.00 (lima ribu dolar).

Catatan:

(1)

Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah.

(2)

Angka Romawi digunakan untuk menyatakan penomoran bab (dalam terbitan atau produk perundang-undangan) dan nomor jalan.

(3)

Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran halaman sebelum Bab I dalam naskah dan buku.


Baca Juga >>