Kelas Nusa

Kelas Nusa
Kelas Nusa : Kita Semua adalah Inspirasi

Monday 22 September 2014

Pola Pelayanan Bimbingan Konseling Disekolah

A.    Model-model Bimbingan dan Konseling dan Pola Dasar Bimbingan
Pelayanan Bimbingan dan konseling di lembaga pendidikan formal diselenggarakan dalam rangka suatu program bimbingan yaitu suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisir dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu. 
Model-model bimbingan dan konseling dan pola dasar bimbingan bermula dari gerakan bimbingan dan konseling di Amerika yang telah dikembangkan para pemikir. Istilah model menurut Shertzer dan Srone (1981) yaitu suatu konseptualisasi yang luas, bersifat teoritis namun belum memenuhi semua persyaratan bagi suatu teori ilmiah.
1.      Frank Parsons yang menciptakan istilah Vocational Guidance yang menekankan ragam jabatan bimbingan dengan menganalisis terhadap bidang pekerjaan, serta memaduka keduanya dengan berpikir rasional dan mengutamakan komponen bimbingan pengumpulan data serta wawancara konseling.
2.      William M. Proctor, (1925) yang mengembangkan model bimbingan mengenalkan dua fungsi yaitu fungsi penyaluran dan dungsi penyesuaian menyangkut bantuan yang diberikan kepada siswa dalam memilih program studi, aktivitas ekstra-kulikuler, bentuk rekreasi, jalur persiapan memegang sesuai dengan kemampuan, bakat, minat dan cita-cita siswa.
3.      John M. Brewer, (1932) yang mengembangkan ragam bimbingan seperti bimbingan belajar, bimbingan rekreasi, bimbingan kesehatan, bimbingan moral dan bimbingan  perkembangan. Model ini tidak hanya mengenai bimbingan jabatan saja.
4.      Donal G. Patterson, (1938) dalam konseling yang dikenal dengan metode klinis menekankan perlunya menggunakan teknik-teknik untuk mengenal konseli dengan menggunakan tes psikologis dan studi diagnostik.
5.      Wilson Litlle dan AL. Champman, (1955) menekankan perlunya memberikan bantuan kepada semua siswa dalam aspek perkembangan siswa dalam bidang studi akademik dalam mempersiapkan diri memangku suatu jabatan dan dalam mengolah pengalaman batin serta pergaulan sosial. Model ini memanfaatkan bentuk pelayanan individual dan kelompok, mengutamakan, mengutamakan sifat bimbingan preventif dan preseveratif dan melayani bimbingan belajar, jabatan dan bimbingan pribadi.
6.      Kenneth B. Hoyt, (1962) yang mendeskripsikan model bimbingan mencakup sejumlah kegiatan bimbingan dalam rangka melayani kebutuhan siswa di jenjang pendidikan dasar dan menengah. Model ini menekankan pelayanan indivisual dan kelompok dan memungkinkan pelayanan yang bersifat preventif, perserveratif dan remedial dan mengutamakan ragam bimbingan belajar dan pribadi.
7.      Ruth Strabf, (1964) yang berpandangan menyangkut bimbingan melalui wawancara konseling. Model ini menekankan bentuk pelayanan individu dan pelayanan secara kelompok dan mengutamakan komponen bimbingan pengumpulan dan wawancara konseling.
8.      Arthur J. Jones, (1970) menekankan pelayanan bimbingan sebagai bantuan kepada siswa dalam membuat pilihan-pilihan dan dalam mengadakan penyesuaian diri. Bantuan itu terbatas pada masalah-masalah yang menyangkut bidang studi akademik dan bidang pekerjaan. Model ini juga menekankan bentuk pelayanan individu mengutamakan ragam bimbingan belajar serta bimbingan jabatan dan memberi tekanan pada komponen bimbingan penempatan pengumpulan data serta wawancara.
9.      Chris D. Kehas, (1970) merumuskan tujuan pendidikan di sekolah memberikan tekanan pada perkembangan kepribadian peserta didik, tetapi di lapangan hanya aspekb intelektual yang diperhatikan. Dengan demikian tenaga-tenaga bimbingan hanyalah berfungsi dalam rangka meningkatkan efektivitas proses  proses belajar mengajar di kelas.
10.  Ralp Moser dan Norman A. Srinthall, (1971) mengajukan usul supaya di sekolah diberi pendidikan psikologis yang dirancang  untuk menunjang perkembangan kepribadian para siswa dengan mengutamakan belajar dinamik-efektif yang menyangkut perkembangan nilai-nilai hidup dan sikap-sikap. Pelayanan bimbingan tidak hanya dibatasi pada mereka yang menghadap konselor sekolah, tetapi sampai pasa semua siswa yang mengikuti pendidikan psikologis. Ini merupakan keunggulan modelnya.
11.  Julius Menacker, (1976) model ini menekankan usaha mengadakan perubahan dalam lingkungan hidup yang menghambat perkembangan yang optimal bagi siswa. Keunggulan model ini ialah pandangan tingkah laku seseorang sebaiknya dilihat sebagai hasil dari interaksi antara individu dengan lingkungan hidupnya.
Kehas berpandangan sejumlah faktor yang menghambat konseptualisasi dan pertanggung-jawaban teoretis dari bimbingan di sekolah-sekolah di Amerika, yaitu:
1.      Organisasi profesional di bidang bimbingan lebih banyak memperhatikan layanan konseling dari pada layanan bimbingan pada umumnya.
2.      Perbedaan konseptual antara mengajar dan membimbing masih kabur.
3.      Pelayanan bimbingan di sekolah lebih dikaitkan dengan bidang administrasi sekolah, sehingga fungsi khas dari bimbingan tinggal samar-samar saja.
4.      Pemikirannya teoritis
5.      Terdapat anggapan

A.    Pola-pola Bimbingan
Menurut hasil analisis Edward C. Glanz, (1964) dalam sejarah perkembangan pelajanan bimbingan di institusi pendidikan muncul empat pola dasar yng diberi nama:
1.      Pola Generalis, bahwa corak pendidikan dalam suatu institusi pendidikan dalam suatu institusi pendidikan berpengaruh terhadap kuantitas usaha belajar siswa, dan seluruh staf pendidik dapt menyumbang pada perkembangan kepribadian masing-masing siswa.
2.      Pola Spesialis, bahwa pelayanan bimbingan di institusi pendidikan harus ditangani oleh ahli-ahli bimbingan yang masing-masing berkemampuan khusus dalam cara pelayanan bimbingan tertentu.
3.      Pola Kulikuler, bahwa kegiatan bimbingan di institusi pendidikan diusulkan dimasukkan dalam kurikulum pengajaran dalam bentuk pengajaran khusus dalam rangka suatu kursus bimbingan.
4.      Pola Relasi-relasi Manusia dan Kesehatan Mental, bahwa orang akan lebih hidup bahagia bila dapat menjaga kesehatan mentalnya dan membina hubungan baik dengan orang lain.

No comments:

Post a Comment