1.
Perencanaan
Program Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling diselenggarakan
di sekolah sebagai bagian dari keseluruhan usaha sekolah dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan. Sebagai sub-sistem pendidikan di sekolah, bimbingan dan
konseling dalam pelaksanaannya tidak pernah lepas dari perencanaan yang seksama
dan bersistem.
Sebagai suatu kegiatan, apabila
dilakukan secara sembarangan, tak terencana, dapat dipastikan hasilnya tidak
akan diketahui secara pasti. Apabila bimbingan dan konseling tidak dilakukan
secara terencana dan sembarangan maka tidak akan dapat diketahui seberapa hasil
yang telah dicapai dalam konteks kontribusinya bagi pencapaian tujuan pendidikan
di sekolah. Sedangkan program itu merupakan rencana kerja. Menurut T. Raka
Joni, program adalah kegiatan yang dirancang dan dilakukan secara kait mengkait
untuk mencapai tujuan tertentu.
Unsur-unsur dalam suatu program:
a. Adanya
seperangkat kegiatan, yaitu kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan merupakan
suatu kegiatan yang utuh.
b. Dirancang,
artinya hal-hal yang akan dilakukan dirancang sedemikian rupa agar tidak
terjadi pelapisan atau akumulasi kegiatan, apalagi berbagai benturan akibat
kegiatan yang dilakukan berulang-ulang yang pada gilirannya berdampak pada
penurunan efektivitas dan efisiensi.
c. Dilakukan
secara kait-mengait, yaitu bahwa dalam melakukan kegiatan yang sudah dirancang
kegiatan itu tidak berdiri sendiri atau lepas-lepas melainkan ada keterkaitan
satu sama lain. Keterkaitan itu tidak hanya terjadi antar kegiatan saja tetapi
juga pada tahap kesinambungan kegiatan satu dengan tahap kegiatan selanjutnya.
d. Adanya
tujuan tertentu, yaitu sebagai arah dan kendali agar semua aktivitas yang
terangkum dalam program selalu terfokus kepada satu titik tuju.
Pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah dalam penyelenggaraannya melibatkan seluruh personil
sekolah dan dalam berbagai jenis layanannya akan berurusan dengan bidang lain
seperti bidang pembelajaran dan administrasi sekolah. Agar tidak terjadi
tumpang tindih dan benturan antar kegiatan di masing-masing bidang, maka
diperlukan program yang sistematis. Program yang sistematis akan mengacu pada
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Program
bimbingan dan konseling dirancang untuk melayani kebutuhan siswa.
2) Program
bimbingan dan konseling merupakan bagian terpadu dari keseluruhan program
pendidikan di sekolah.
3) Tujuan
program harus dirumuskan secara jelas eksplisit (operasional) dan menunjang
pencapaian keseluruhan tujuan program bimbingan dan konseling.
4) Pelaksanaan
program perlu melibatkan seluruh staf sekolah,
5) Personil
bimbingan dan konseling perlu diidentifikasi dan tugas-tugas serta tanggung
jawabnya harus dirumuskan.
6) Segala
sumber daya perlu ditemukan untuk mencapai tujuan program.
7) Dari
keperluan-keperluan utnuk penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling,
dua hala esensial adalah data pribadi siswa untuk pemahaman diri dan bahan
informasi untuk perencanaan pendidikan dan pengambilan keputusan.
8) Perlu
penerapan ancangan sistem dalam pengembangan program dan pemecahan masalah
pengelolaan.
9) Dukungan
dan pelibatan masyarakat sekitar harus diusahakan sejauh mungkin demi
kelancaran penyelenggaraan program dan tercapainya tujuan (Munandir, 1996)
2.
Pelaksanaan
dan Pengarahan Program Bimbingan dan Konseling
Setiap
sekolah perlu merlu merancang program bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari program sekolah secara
keseluruhan yang akan dijadikan sebagai acuan pelaksanaan layanan bimbingan dan
sekolah di sekolah tersebut. Jenis program yang perlu dirancang dan
dikembangkan yaitu:
1) Program
tahunan sebagai program sekolah.
Program ini dijabarkan menurut alokasi waktu pada setiap semester, program
bulanan, dan program mingguan. Oleh karena itu matriks atau schedule. Dalam
program itu dicantumkan substansi kegiatan, jenis layanan menurut alokasi
waktu. Kegiatan layanan bimbingan dan konseling sebagai program sekolah antara
lain:
a.
Pemberian layanan
informasi melalui ceramah yang mengundang nara sumber dari luar sekolah yang
dijadikan sebagai career day.
b.
Program pemberian
layanan orientasi bagi siswa baru pada awal tahun sebagai bagian dari program
sekolah.
c.
Mengadakan tes bakat
atau inventori minat untuk bahan pertimbangan penjurusan.
d.
Mengadakan kunjungan ke
tempat industri yang bermanfaat bagi bimbingan karir.
e.
Membentuk
kelompok-kelompok group counseling.
f.
Memberikan pelatihan
keterampilan belajar akademik.
2) Program
kegiatan layanan bagi setiap guru pembimbing
sesuai dengan pembagian tugas layanan di sekolah. Setiap guru pembimbing perlu
membuat program berupa satuan layanan (satlan) dan satuan kegiatan pendukung
(satkung) setiap kali akan melakukan pelayanan kepada siswa berdasarkan jadwal
yang sudah dipetakan.
Dalam
menyusun program tahunan maupun program setiap kegiatan layanan bimbingan dan
konseling, hendaknya mencakup bidang-bidang yang menadi garapan pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah. Dalam penyusunan program pada masing-masing
bidang hendaknya disesuaikan dengan karakterisitik satuan pendidikan atau jenis
dan jenjang sekolah karena setiap sekolah mempunyai kurikulum dan tugas
pendidikan yang berbeda. Contoh: Sekolah Menengah Umum dan Sekolah Menengah
Kejuruan berbeda dalam kurikulum dan
misi pendidikannya.
3. Evaluasi
Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling
Untuk mengetahui
seberapa besar keberhasilan mencapai tujuan bimbingan dan konseling di sekolah
dibutuhkan upaya untuk mengumpulkan bukti berupa data yang mengindikasikan
keberhasilan itu untuk dianalisis dan ditafsirkan. Upaya ini disebut dengan
evaluasi. Evaluasi bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen sistem
bimbingan dan konseling yang sangat penting karena mengacu pada hasil evaluasi
sehingga dapat diambil kesimpulan apakah kegiatan yang direncanakan telah dapat
mencapai sasaran yang diharapkan secara efektif dan efisien atau tidak,
kegiatan itu dilanjutkan atau sebaliknya direvisi dan sebagainya.
a. Tujuan
dan Fungsi Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling
Evaluasi
pelaksanaan program bimbingan dan konseling secara umum bertujuan untuk:
·
Mengetahui kemajuan
program bimbingan dan konseling atau subyek yang telah memanfaatkan layanan
bimbingan dan konseling.
·
Mengetahui tingkat
efisiensi dan efektivitas strategi pelaksanaan program dalam kurun waktu yang
tertentu.
Secara khusus, evaluasi pelaksanaan
program bimbingan dan konseling bertujuan untuk:
·
Meneliti secara berkala
hasil pelaksanaan program yang telah dicapai.
·
Memperoleh informasi
tentang tingkat efektivitas dan efisiensi layanan bimbingan dan konseling yang
ada.
·
Mengetahui jenis
layanan yang sudah ataupun belum dilaksanakan dan jenis layanan yang memerlukan
perbaikan dan pengembangan.
·
Mengetahui tingkat
partisispasi staf atau personil sekolah dalam menunjang keberhasilan
pelaksanaan program.
·
Mengetahui seberapa
besar kontribusi program bimbingan dan konseling terhadap ketercapaian tujuan
pembelajaran sekolah.
·
Memperoleh informasi
yang cermat dan memadai untuk
kepentingan perencanaan langkah-langkah pengembangan program.
·
Membantu mengembangkan
kurikulum sekolah yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.
b.
Prinsip-prinsip
Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling
Prinsip-prinsip
tersebut adalah:
1. Evaluasi
program yang efektif menuntut pengenalan yang cermat dan rinci terhadap tujuan
yang akan dicapai.
2. Evaluasi
program yang efektif membutuhkan kriteria pengukuran yang jelas.
3. Evaluasi
program memerlukan keterlibatan berbagai pihak yang memiliki kompetensi
professional.
4. Evaluasi
program menuntut umpan balik dan tindak lanjut sehingga hasilnya dapat dipakai
untuk dasar pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan.
5. Evaluasi
program hendaknya terencana dan berkesinambungan.
c. Pendekatan
dan Metode Evaluasi Pelaksanaan Program Program Bimbingan dan Konseling
Shetzer
dan Stone membagi pendekatan ke dalam tiga pendekatan pokok yaitu:
1.
Pendekatan
dan Metode Survey
Pendekatan dan metode
ini lebih banyak menggunakan metode evaluasi yang berlatar sekolah. Prosedur
yang ditempuh biasanya dengan mengumpulkan sebanyak mungkin data tentang
masukan siswa, proses, dan hasil yang merupakan keluaran program. Temuan yang
diperoleh dirumuskan dalam profil yang bersifat deskriptif kuantitatif maupun
kulaitatif.
2.
Pendekatan
dan Metode Eksperimen
Pendekatan ini
merupakan perpaduan antara riset dan evaluasi, yaitu kegiatannya bertujuan
melakukan evaluasi tetapi prosedurnya memakai model riset eksperimental.
Umumnya dipakai ketika guru pembimbing atau konselor ingin mengetahui seberapa
besar pengaruh layanan bimbingan dan konseling terhadap perilaku sejumlah
siswa.
Kebutuhan pendekatan
dan metode ini muncul ketika layanan bimbingan dan konseling di sekolah
bertujuan terjadinya perubahan perilaku siswa. Untuk mengetahui tercapai atau
tidaknya tujuan itu maka perlu metode yang dapat mengukur dampak layanan
terhadap perilaku siswa tersebut. Riset eksperimental merupakan pendekatan yang
tepat.
3.
Studi
Kasus
Studi kasus digunakan untuk
mengumpulkan data mengenai keadaan seorang siswa yang dijadikan sebagai objek
telaah kasus. Pendekatan dan metode ini dipakai untuk mengukur keberhasilan layanan konseling.
Metode ini membutuhkan banyak waktu dan tenaga
tetapi jika dapat dilakukan akan banyak bermanfaat karena dapat
mengetahui perkembangan kepribadian klien sejak awal ia bermasalah, selama
dibantu, sampai akhirnya setelah dibantu dengan layanan konseling.
4.
Supervisi
Kegiatan Bimbingan dan Konseling
Manfaat pokok dari
supervise adalah untuk mengendalikan personil pelaksana bimbingan dan
konseling, memantau kemungkinan kendala yang muncul dan dihadapi peronil dalam
pelaksanaan tugasnya, mencari jalan keluar terhadap hambatan dan permasalahan
dalam pelaksanaan program agar tercapai pelaksanaan yang lancar kea rah pencapaian tujuan
bimbingan dan konseling di sekolah.
No comments:
Post a Comment