Ada dua hal yang
memberi masyarakat yang baru lahir ini semangat antusiasme dan
persatuan: Pertama, Al-Qur'an yang menyemangati kaum Muslim, yang
senantiasa dibaca oleh kaum Muslim. Kedua, pribadi mulia dan berpengaruh
Nabi saw yang sangat memesona kaum Muslim.
Nabi saw wafat pada
tahun 11 H pada tahun ke-23 misi kenabiannya dalam usia enam puluh tiga
tahun. Nabi saw meninggalkan suatu masyarakat yang belum lama lahir,
suatu masyarakat yang penuh dengan semangat spiritual, suatu masyarakat
yang mempercayai suatu ideologi yang konstruktif dan yang menyadari
tanggung jawabnya di dunia.
Beberapa hal yang diterapkan nabi Muhammad sebagai pemimpin dalam kehidupannya sehari-hari, yaitu:
Perilaku Sosial Yang Baik
Dalam
kehidupan di tengah masyarakat, Nabi saw selalu baik hati, riang dan
sopan terhadap semua orang. Nabi saw selalu yang lebih duluan memberikan
salam, sekalipun kepada anak-anak dan para sahaya. Nabi saw tak pernah
meregangkan kakinya di hadapan orang, dan tak pernah berbaring di
hadapan orang. Kalau tengah bersama Nabi saw, semua orang duduk
mengelilingi Nabi saw. Tak ada yang punya tempat khusus. Nabi saw selalu
memperhatikan sahabat-sahabatnya. Kalau Nabi saw tak melihat siapa pun
di antara sahabat-sahabatnya itu selama dua atau tiga hari, Nabi saw
menanyakannya. Jika ternyata sahabat itu sakit, Nabi saw menjenguknya.
Dan jika sahabat itu mendapat kesulitan, Nabi saw berupaya memecahkan
problemnya.
Lembut Namun Tegas
Dalam masalah pribadi, Nabi
saw lembut, simpatik dan toleran. Pada banyak peristiwa sejarah,
toleransi Nabi saw merupakan salah satu alasan kenapa Nabi saw sukses.
Namun dalam masalah prinsip ketika mengenai masalah kepentingan
masyarakat atau hukum, Nabi saw tegas dan tak pernah memperlihatkan
sikap toleran.
Hidup Sederhana
Hidup sederhana merupakan
salah satu prinsip hidup Nabi saw. Nabi saw biasa mengatakan: “Sungguh
menyenangkan kekayaan itu, jika didapat dengan cara yang halal oleh
orang yang tahu cara membelanjakannya”. Nabi saw juga mengatakan:
“Kekayaan merupakan bantuan yang baik bagi ketakwaan”
Ketetapan Hati dan Sabar
Tekad
atau kemauan keras Nabi saw sungguh luar biasa. Tekad ini mempengaruhi
para sahabatnya juga. Dalam masa hidupnya, beberapa kali kondisi
sedemikian rupa sehingga kelihatannya tak ada lagi harapan, namun tak
pernah ada kata gagal dalam benaknya.
Kepemimpinan, Administrasi dan Konsultasi
Sekalipun
para sahabat Nabi saw menjalankan setiap perintah Nabi saw tanpa ragu,
dan berulang-ulang mengatakan percaya penuh kepada Nabi saw dan bahkan
mau terjun ke sungai atau ke dalam kobaran api jika saja Nabi saw
memerintahkannya, Sahabat-sahabat¬nya dan konsultasi dengan mereka yang
dipandangnya penting, merupakan faktor-faktor utama yang memberikan
sumbangsih bagi pengaruhnya yang luar biasa di kalangan para sahabatnya.
Fakta ini ditunjukkan oleh Al-Qur'an. Al-Qur'an memfirmankan:
فَبِمَا
رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ
الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ
لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى
اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ (١٥٩)
Artinya:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut kepada
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan din dari sekelitingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakal kepada-Nya”. (QS. Âli 'Imrân: 159)
Teratur dan Tertib
Semua
tindakan Nabi saw teratur dan tertib. Nabi saw bekerja sesuai dengan
jadwal. Nabi saw mengajak para sahabatnya untuk berbuat sama. Berkat
pengaruh Nabi saw, para sahabat jadi penuh disiplin.
Mau Mendengarkan Kritik dan Tak Suka Pujian yang Bersifat Menjilat
Nabi
saw suka bekerja sempurna. Nabi saw biasa mengerjakan sesuatu dengan
benar dan efisien Terkadang Nabi saw terpaksa menghadapi kritik para
sahabat. Namun tanpa bersikap keras terhadap mereka, Nabi saw
menjelas-kan keputusannya, dan para sahabat pun akhimya mau menerima.
Nabi saw membenci sekali pujian yang bersifat menjilat. Nabi saw
mengatakan: “Lemparkan debu ke wajah orang yang menjilat”.
Memerangi Kelemahan
Nabi
saw tidak mengeksploitasi titik lemah dan kebodohan orang. Nabi saw
justru berupaya memperbaiki kelemahan orang dan membuat orang mengetahui
apa yang tidak mereka ketahui sebelumnya. Pada hari meninggalnya putra
Nabi saw yang berusia tujuh belas bulan, kebetulan terjadi gerhana
matahari. Orang pada mengatakan bahwa gerhana tersebut terjadi karena
duka cita yang merundung Nabi saw. Nabi saw tidak tinggal diam
menghadapi pikiran yang keliru ini. Nabi saw kemudian naik ke mimbar dan
mengatakan: "Wahai manusia! Bulan dan matahari adalah dua tanda dari
Allah. Terjadinya gerhana keduanya bukan karena kematian seseorang."
Memiliki Kualitas Sebagai Pemimpin
Nabi
saw memiliki kualitas maksimum kepemimpinan seperti sifat mau tahu
orang, teguh had, efisien, berani, tak takut meng¬hadapi konsekuensi
suatu tindakan, mampu melihat ke depan, mampu menghadapi kritik,
mengakui kemampuan orang lain, mendelegasikan kekuasaan kepada orang
lain yang mampu, luwes dalam masalah pribadinya, keras dalam masalah
prinsip, memandang penting orang lain, memajukan bakat intelektual,
emosional dan praktis mereka, menjauhkan diri dari praktik lalim, tidak
meminta ketaatan buta, bersahaja dan rendah hati, bermartabat dan sangat
memperhatikan pengelolaan sumber daya manusia. Nabi saw sering
mengatakan: “Jika kamu bertiga mengadakan perjalanan bersama, maka pilih
salah satu dari kalian sebagai pemimpin”.
Dalam konteks
kepemimpinan, Nabi mengembangkan kepemimpinan moral dalam kehidupan
politiknya. Ini merupakan respons yang sangat tepat dalam menghadapi
struktur masyarakat pra-Islam yang feodalistik dan represif, karena yang
ditekankan adalah aspek moralitas (akhlaq al-karimah). Oleh karena itu,
politik pada zaman Nabi berfungsi sebagai kendaraan moral yang efektif.
Nabi
Muhammad dengan spirit religiusitas dan moralitasnya berhasil membangun
sebuah komunitas yang beradab di Madinah. Bersama semua unsur penduduk
Madinah, Nabi meletakkan dasar-dasar peradaban (madaniyyah) dengan
membuat sebuah perjanjian (Piagam Madinah) yang mengatur mengenai
kehidupan beragama, ekonomi, sosial, dan politik. Dalam hal ini, ikatan
keadaban (bond of civility) ditegakkan oleh semangat universal ketuhanan
untuk menegakkan sistem hukum yang adil dan menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan.
Moralitas menjadi kunci penting dalam
kepemimpinan yang dikembangkan oleh Nabi. Berdasarkan bukti-bukti
historis, moralitas menjadi titik poros bagi pengembangan kehidupan
bersama yang mampu menciptakan kesejahteraan. Oleh karena itu, jika
mengharapkan bangsa Indonesia mampu keluar dari krisis menuju ke arah
kehidupan yang menyejahterakan, kepemimpinan yang berlandaskan kepada
moralitas merupakan sebuah kebutuhan mutlak. Sebaliknya, pemimpin yang
tidak mempertimbangkan moralitas hanyalah akan mengantarkan negara ke
arah kehancuran.
Karakteristik kepemimpinan Rasulullah saw.
adalah, kejujuran yang teruji dan terbukti. Kejujuran adalah perilaku
kunci yang sangat efektif untuk membangun kepercayaan (kredibilitas)
sebagai seorang pemimpin. Di samping itu, beliau juga cakap dan cerdas,
inovatif dan berwawasan ke depan, tegas tapi rendah hati, pemberani tapi
bersahaja, kuat fisik dan tahan penderitaan.
Pola kepemimpinan
Rasulullah Muhammad saw., dapat dijadikan rujukan yang utama dalam
kehidupan umat manusia, terutama bagi yang beriman dan bertakwa, serta
selalu berzikir kepada Allah SWT. Hal ini sejalan sebagaimana diungkap
Allah dalam Q.S. Al-Ahzab ayat 21, yang berbunyi :
لَقَدْ كَانَ
لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو
اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (٢١)
Artinya:
“Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagi kamu
yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan hari akhir dan dia
banyak menyebut nama Allah”.