Kegiatan
guru di dalam kelas meliputi dua hal pokok yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan
manajerial (Depdikbud, 1983 : 9; Entang dan Raka Joni, 1983). Kegiatan mengajar
dimaksudkan secara langsung menggiatkan peserta didik mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran. Kegiatan mengajar antara lain seperti menelaah kebutuhan peserta
didik, menyusun rencana pelajaran, menyajikan bahan, mengajukan pertanyaan, dan
menilai kemajuan siswa. Kegiatan manajerial kelas bermaksud menciptakan dan
mempertahankan suasana kelas agar kegiatan belajar-mengajar dapat berlangsung
secara berkelanjtan. Kegiatan manajerial antara lain seperti mengembangkan
hubungan yang baik antara guru dan peserta didik, memmberikan ganjaran dengan
segera, mengembangkan aturan main dalam kegiatan kelompok, penghentian tingkah
laku peseerta didik yang menyimpang atau tidak sesuai dengan tata tertib.
Dengan demikian, dalam proses belajar mengajar di sekolah dapat dibedakan
adanya dua kelompok masalah yaitu masalah pengajaran dan masalah manajemen
kelas.
Banyak guru
yang kurang mampu membedakan masalah pengajaran dan masalah manajemen kelas,
sehingga pemecahannya pun menjadi kurang tepat. Masalah manajemen kelas harus
ditanggulangi dengan tindakan manajemen kelas, sedangkan masalah pengajaran
harus ditanggulangi dengan tindakan pembelajaran.
Sebagai
contoh :
Pak Kusno
guru bidang studi PPKN, suatu kali mengajar dengan menggunakan pendekatan dan
strategi yang menarik, mengembangkan variasi metode, dan menggunakan variasi
media (media pandang-dengar) agar siswa yang enggan mengambil bagian dalam
diskusi kelompok tertarik, aktif, dan rajin.
Pemecahan masalah yang dilakukan Pak Kusno sudah
barang tentu tidak tepat, sebab membuat pelajaran lebih menarik adalah masalah
pengajaran, sedangkan masalah peserta didik yang enggan mengambil bagian di
dalam kegiatan kelompok merupakan masalah manajemen kelas. Namun, tidak dapat
dipungkiri bahwa penarikan diri peserta didik dapat menghalangi tercapainya
tujuan khusus pengajaran yang hendak dicapai melalui kegiatan kelompok yang
dimaksud. Sebaliknya, hubungan
antarpribadi yang baik antara guru dan siswa, antara siswa dan siswatidak
dengan sendirinya menjamin proses belajar mengajar akan menjadi efektif.
Berkaitan dengan hal tersebut, manajemen kelas merupakan prasyarat mutlak bagi
terjadinya proses belajar-mengajar yang efektif (Entang dan Raka Joni, 1983)
Walaupun
istilah mengajar (teaching) dan pengajaran (instruction) sering digunakan dalam
arti yang sama, adalah sangat berguna apabila memandang mengajar sebagai
sesuatu yang memiliki dua dimensi yang saling berhubungan, yaitu pengajaran dan
manajemen. Mengajar dengan manajemen dapat dibedakan, tetapi dalam pelaksanaan
pembelajaran keduanya sulit dipisahkan. Manajemen kelas bermaksud menegakkan
dan memelihara perilaku siswa menuju pembelajaran yang efektif dan efisien
serta memudahkan pencapaian tujuan pengelolaan. Pengajaran dan manajemen
bertujuan menyiapkan atau memproses – yaitu memproses atau menyiapkan
perilaku-perilaku guru dan/atau siswa yang diharapkan memberikan kemudahan
dalam pencapaian tujuan tertentu (Weber 1993: 1).
Keberhasilan
Belajar Siswa
Dibawah ini, adalah gambaran proses pengajaran dan proses manajerial yang
masing-masing meliputi empat proses :
No
|
Proses Pengajaran
|
Proses Manajerial
|
1.
|
Mengidentifikasi tujuan masalah
|
Menetapkan tujuan manajerial
|
2.
|
Mendiagnosis kebutuhan siswa
|
Menganalisis kondisi yang ada
|
3.
|
Merencanakan dan menerapkan aktivitas pengajaran
|
Memilih dan menerapkan strategi manajerial
|
4.
|
Mengevaluasi keberhasilan siswa
|
Menilai keefektifan manajerial
|
2,2. Pengertian dan Tujuan Manajemen Kelas
Manajemen
dari kata management yang diterjemahkan menjadi pengelolaan.. berarti proses
penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Di pihak lain,
Pengelolaan berarti
1) Proses
melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain
2) Proses
yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan yujuan organisasi
3) Proses
yang memberikan pengawasan pada semua hal yyang terlibat dalam pelaksanaan
kebijaksanaan dan pencpaian tujuan (Depdikbud,1989)
Dalam arti
umum kelas menunjuk pada pengertian sekelompok siswa yang ada pawa waktu yang
samamenerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Pengertian umum ini
di tunjuk secara didaktis dengan batasan pengertian umum tersebut, Suharsini
Arikunto (1986:17-18) mengemukakan tiga persyaratan untuk terjadinya kelas.
Pertama ;
sekelompok anak, walaupun dalam waktu yang sama bersama-sama menerima
pelajaran, teepi jika bukan pelajaran yang sama dari guru yangsama namanya
bukan kelas.
Kedua;
Sekelompok anak yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama tetapi
dari guru yang berbeda, namanya bukan kelas.
Ketiga;
Sekelompok anak yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama
tetapi jika pelajaran tersebut diberikan secara bergantian, namanya bukan
kelas. Kelas merupakan satu “kesatuan” sekolah terkecil. Di dalam penggunaan
istilah kesatuan di dalam kaitan ini mengandung bahwa kelas mempunyai ciri atau
karakteristik yang khusus. Kenyataan menunjukkan bahwa setiap kelas
yangterdapat pada satu sekolah mamiliki suasana yang berbeda atau memiliki
kondisi yang berbeda. Misalnya pada sati Sekolah Dasar yang memiliki kelas IA,
IB, IC tiap-tiap kelas mempunyai kekhususun sendiri-sendiri. Kelas IA adalah
kelas yang penuh gaiarah, kompak, siswa-siswanya berprestasi baik. Kelas IB
adalah kelas yang tenang dan menyenangkan. Kelas IC adalah kelas yang ramai,
tidak kompak dan siswa-siswanya memiliki prestasi rendah.
Berdasar uraian di atas maksud manajemen kelas adalah
mengacu pada penciptaan suasana atau kondisi kelas yang memungkinkan siswa
dalam kelas tersebut dapat belaar dengan baik, terus-menerus dan berkelanjutan.
Terdapat
sejumlah definisi tentang manajemen kelas berikut ini yang berpangkal pada
sudut pandang yangberbeda.
a. Berdasar
konsepsi lama dan modern
Menurut
konsepsi lama manajemen kelas adalah sebagai upaya untuk mempertahankan
keyertiban kelas. Sementara itu menurut konsepsi modern, manajemen kelas adalah
proses seleksi yang menggunakan alat yang tepat terhadap problem dan situasi
manajemen kelas. Guru, menurut konsepsi lama , berugas menciptakan,
memperbaiki, dan memelihara sistem atau organisasi kelas sehingga individu
dapat memanfaatkan kemampuannya, bakat dan energinya pada tugas-tugas
individual (Johnson dan Mary Bani, 1970).
b.
Bedasarkan pandangan operasional yang dikemukakan oleh Cooper (1986)
dikelompokkan menjadi lima definisi,
Petama,
definisi yang memandang bahwa manajemen kelas sebagai proses untuk mengontrol
tingkah laku siswa. Pandangan ini guru akan bersifat otoratif.
Kedua,
Definisi yang didasarkan atas pandangan yang bersifat “permisif”. Pandangan ini
menekankan bahewa guru betugas memeksimalkan perwujudan kebebasad kelas.
Ketiga,
definisi yang didasarkan pada pandangan proses pengubahan tingkah laku. Menurut
pandangan ini tugas gru adalah mengenbangkan dan mengurangi atau meniadakan
tingkah laku yang tidak dihaarapkan. Dalam hal ini, guru berfungsi sebagai
pembantu siswa dalam mempelajari tingkah laku yang diharapkan melalui
prinsip-prinsip penguatan.
Keempat,
definisi yang di dasrkan atas pandangan proses penciptaan iklim sosio-emosonal
yang positif di dalam kelas. Aggapan dasar pandangan ini adalah bahwa kegatan
belajar akan berkembang secara maksimal di dalam kelas yang beriklim positif
melalui pertumbuhan hubungan interpersonal yang baik antara guru dan siswa dan
antara siswa dan siswa.
Kelima,
definisi yang didasarkan pada pandangan bahwa kelas merupakan sistem sosial
dengan proses kelompok sebagai kuncinya. Pandangan tersebut menyatakan bahwa
kehidupan kelas dalam kelompok memiliki pengaruh yang sangat berarti terhadap
kegiatan belajar, kendatipun belajar dianggap sebagai proses individual.
c. Pengertian lain manajemen kelas adalah segala usaha
yang diarahakn untuk mewujudkan suasana belajar-mengajar yang efektif dan
menyenangkan serta dapat memotivasi siswaagar dapat belajar dengan baik. Dengan
demikian, manajemen kelas merupakan usaha sadar, untuk mengatur kegiatan
belajar-mengajar secara sistematis. Usaha ssadar itu mengarah pada penyiapan
bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar,
mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar-mengajar dan pegaturan waktu
sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai.
Tujuan Manajemen Kelas adalah :
a)
Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun
sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk belajar dan
berbuat lebih baik.
b)
Menghilangkan hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi
pembelajaran
c)
Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perlengkapan belajar yang mendukung
dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan
intelektual siswa dalam kelas.
d) Membina
dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya,
serta sifat-sifat individunya.
3.3. Aspek, Fungsi, dan Pengaturan Siswa dalam Manajemen Kelas
Aspek
Manajemen Kelas
Aktivitas
guru yang terpenting adalah mengelola, mengorganisasi, dan mengkoordinasi usaha
atau aktivitas peserta didik menuju tujuan pembelajaran. Mengelola kelas
merupakan ketrampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami,
mendiagnosa dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas terhadap
aspek-aspek manajemen kelas. Adapun aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam
manajemen kelas menurut Johnson dan Bany, 1970 yaitu:
a. Sifat
kelas,
b. Pendorong
kekuatan kelas,
c. Situasi
kelas,
d. Tindakan
selektif,
e. Tindakan
kreatif,
f. Kondisi
kelas.
Kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam
manajemen kelas sebagai aspek-aspek manajemen kelas seperti yang tertuang dalam
Petunjuk Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen,
1996) adalah sebagai berikut:
a. Mengecek
kehadiran siswa
b.
Mengumpulkan hasil pekerjaan siswa
c.
Mendistribusikan bahan dan alat
d.
Mengumpulkan informasi identitas siswa
e. Mencatat
data
f.
Memelihara arsip
g.
Menyampaikan bahan pelajaran
h.
Memberikan tugas/PR
Hal-hal yang perlu diperhatikan para guru dalam pertemuan dengan siswa di
kelas (Dirjen PUOD dan irjen Dikdasmen, 1996: 13)adalah sebagai berikut ini:
a. Ketika
bertemu dengan siswa guru harus:
1) Memberikan salam lalu memperkenalkan diri,
2) Memberikan format isian tentang data pribadi siswa atau guru menyuruh
siswa menulis riwayat hidupnya secara singkat.
b. Guru
memberikan tugas kepada siswa
c. Guru
mengatur tempat duduk siswa secara teratur.
d. Guru
menentukan tata cara berbicara dan tanya jawab.
e. Guru
membuat denah kelas atau tempat duduk siswa.
Fungsi
Manajemen Kelas
Selain
memberikan makna terpenting bagi terciptanya dan terpeliharanya kondisi kelas
yang optimal, manajemen kelas berfungsi:
a.
Memberikan dan melengkapi fassilitas untuk segala macam tugas seperti membantu
kelompok dalam pembagian tugas, membantu pembentukan kelompok, membantu kerja
sama dalam menemukan tujuan-tujuan organisasi, membantu individu agar dapat
bekerja sama dengan kelompok atau kelas, membantu prosedur kerja, mengubah
kondisi kelas.
b.
Memelihara agar tugas-tugas itu dapat berjalan lancar.
Pengaturan Siswa dalam Manajemen
Kelas
Pengaturan siswa dapat dikelompokkan
ke dalam dua kategori yaitu masalah individual dan masalah kelompok (Entang dan
Raka Joni, 1983:12). Suharsimi Arikunto (1986) membedakan dan meninjau
pengaturan siswa atas dua sudut pandang sehingga ada dua jenis pengelolaan
siswa. Pertama, pengelolaan siswa dalam arti sempit, yang selanjutnya disebut
pengelolaan atau manajemen kelas. Kedua, pengelolaan siswa dalam arti luas
yaitu pengelolaan siswa termasuk juga urusan di luar belajar.
Tindakan manajemen kelas yang
dilakukan oleh seorang guru akan efektif apabila dia dapat mengidentifikasikan
dengan tepat hakikat masalah yang dihadapi, sehingga pada gilirannya ia dapat
memilih strategi penanggulangannya yang tepat pula.
Munculnya masalah individu
didasarkan pada anggapan dasar bahwa semua tingkah laku individu merupakan
upaya mencapai tujuan tertentu yaitu pemenuhan kebutuhan untuk diterima oleh
kelompok atau masyarakat dan untuk mencapai harga diri. Bila kebutuhan–kebutuhan
itu tidak lagi dapat dipenuhi melalui cara-cara yang wajar, individu yang
bersangkutan akan berusaha untuk mencapainya dengan cara-cara lain seperti
dengan cara tidak baik atau a-sosial (Dreikur, 1968). Lebih lanjut Dreikurs,
menyatakan bahwa akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut akan terjadi
beberapa kemungkinan tindakan siswa seperti berikut :
- Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang
lain (attention getting behaviors). Gejala yang tampak dari tingkah laku
ini adalah siswa membadut di kelas (aktif), atau berbuat dengan serba
lamban (pasif) sehingga perlu mendapat pertolongan ekstra.
- Tingkah laku yang ingin menujukkan kekuatan
(power seeking behaviors). Gejalanya adalah siswa selalu mendebat,
kehilangan kendali emotional, marah-marah, menangis (aktif), atau selalu
“lupa” pada aturan-aturan penting di kelas (pasif).
- Tingkah laku yang bertujuan untuk menyakiti orang
lain (revenge seeking behaviors). Gejala yang muncul dari tingkah laku ini
adalah tindakan menyakiti orang lain seperti mengata-ngatai, memukul,
menggigit dan sebagainya. ( Kelompok ini nampaknya kebanyakan dalam bentuk
aktif saja).
- Peragaan ketidakmampuan (passive behaviors).
Gejalanya adalah dalam bentuk sama sekali tidak mau mencoba melakukan
apapun, karena beranggapan bahwa apapun yang dilakukan kegagalanlah yang
dialaminya.
Dreikurs dan Cassel (1986)
menyarankan adanya penyikapan terhadap tindakan para peserta didik sebagai
berikut:
- Apabila seorang guru merasa terganggu terhadap
perbuatan seorang siswa, maka kemungkinan tujuan siswa adalah untuk
mendapatkan paerhatian.
- Apabila seorang guru merasa dikalahkan atau
terancam, maka kemungkinan tujuan siswa yang bersangkutan adalah ingin
menunjukkan kekuasaan.
- Apabila seorang guru merasa tersinggung atau
disakiti maka kemungkinan tujuan siswa yang bersangkutan mungkin membalas
dendam.
- Apabila guru benar-benar merasa tidak mampu
berbuat apa-apa dalam menghadapi ulah siswa, maka kemungkinan yang
dihadapinya adalah peragaan ketidakmampuan.
Keempat kemungkinan cara atau
tindakan yang dilakukan individu tersebut mengakibatkan terbentuknya empat pola
tingkah laku yang sering nampak pada anak seusia sekolah seperti berikut ini :
- Pola aktif-konstruktif yaitu pola tingkah laku
yang ekstrim dan ambisius untuk mrnjadi super star di kelasnya, dan
mempunyai daya usaha uuntuk membantu guru dengan penuh vitalitas dan
sepenuh hati.
- Pola aktif-destruktif yaitu pola tingkah laku
yang diwujudkan dalam bentuk membuat banyolan, suka marah, kasar, dan
memberontak.
- Pola pasif-konstruktif yaitu pola yang
menunjukkan pada satu bentuk tingkah laku yang lamban dengan maksut supaya
selalu dibantu dan mengharapkan perhatian.
- Pola pasif-destruktif yaitu pola tingkah laku
yang menunjukkan kemalasan (sifat pemalas) dan keras kepala.
Masalah
berikutnya adalah masalah kelompok. Masalah ini merupakan masalah yang harus
diperhatikan pula dalam manajemen kelas. Problem kelompok akan muncul yang
disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan kelompok.
Masalah-masalah kelompok yang mungkin muncul dalam manajemen kelas adalah:
- Kelas kurang kohesif lantaran alasan jenis
kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dan sebagainya.
- Penyimpangan dari norma-norma tingkah laku yang
telah disepakati sebelumnya, misalnya sengaja berbicara keras-keras di
ruang baca perpustakaan.
- Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang
anggotanya , misalnya mengejek anggota kelas yang dalam pengajaran seni
suara menyanyi dengan suara sumbang.
- ‘Membombong’ anggota kelas yang justru melanggar
norma kelompok, misalnya pemberian semangat kepada badut kelas.
- Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya
dari tugas yang telah digarap.
- Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes
kepada guru karena menganggap tugas yang diberikan kurang fair.
- Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan
baru seperti gangguan jadwal, guru kelas terpaksa diganti sementara oleh
guru lain, dan sebagainya.
Lebih lanjut Johnson dan Bany
mengemukakan ciri-ciri kelompok dalam kelas seperti berikut:
a. Kesatuan Kelompok
Kesatuan
kelompok memegang peranan penting dalam mempengaruhi anggota-anggotanya dalam
bertingkah laku. Kesatuan berkaitan dengan komunikasi, perubahan sikap dan
pendapat, standar kelompok, dan tekanan terhadap perpecahan kelompok atau
ketidaksatuan. Penggunaan dominasi yang kuat oleh anggota kelompok dapat
meningkatkan kesatuan. Kesatuan dapat dikembangkan dengan menolong siswa agar
menyadari hubungan mereka satu sama lain merupakan alat pemersatu.
b. Interaksi dan Komunikasi
Interaksi
terjadi dalam komunikasi. Jika beberapa orang atau anggota mempunyai pendapat
tertentu, terjadilah komunikasi dalam kelompok dan diteruskan dengan interaksi
membahas pendapat tersebut yang sering disertai dengan emosi yang memperkuat
interaksi. Oleh karena itu, tiap kelompok hendaknya berusaha memperrtahankan interaksi
kelompoknya. Agar terjaadi interaksi dan komunikasi yang diharapkan, guru perlu
membantunya supaya tugas-tugas belajar dapat berlangsung secara wajar. Guru
perlu mengetahui kebutuhan berkomunikasi siswa-siswanya dan memberikan
kebebasan kepadanya untuk berbicara. Komunikasi verbal atau nonverbal, bila
tidak terselesaikan dapat membuat situasi rusak. Untuk membantu mereka, guru
perlu mengetahui latar belakang mereka.
c. Struktur Kelompok
Struktur
informal dalam kelompok dapat mempengaruhi struktur formal. Beberapa individu
yang mungkin merupakan struktur informal, bila selalu ditempatkan pada posisi
yang tinggi, dapat merusak keakraban kelompok. Tempat anggota dalam kelompok
perlu diusahakan agar menarik baginya. Posisi di atas bila perlu bisa dibuat berganti-ganti.
d. Tujuan-tujuan Kelompok
Apabila
tujuan-tujuan kelompok ditentukan bersama oleh siswa dan guru dalam hubungan
dengan tujuan pendidikan, anggota-anggota kelompok akan bekerja lebih produktif
dalam menyelesaikan tugasnya. Dengan kata lain, siswa akan bekerja dengan baik
apabila hal itu berhubungan dengan tujuan-tujuan mereka.
e. Kontrol
Hukuman-hukuman
yang diciptakan bersama antara guru dan siswa yang akan dikenakan pada siswa
yang melanggar, mungkin dapat memperkecil pelanggaran, kendatipun beberapa anak
tetap akan tidak dapat belajar dengan baik. Cara yang baik adalah guru harus
mendiagnosis kebuutuhan dan kesukaran kelompok sebelum membantu mereka.
Tindakan-tindakan yang digunakan untuk mengontrol kelas dari yang paling ke
paling baik ialah:
1) Hukuman
dan ancaman
2)
Pengubahan situasi dan pendapat
3) Dominasi
atau pengaruh
4) Kerja
sama atau partisipasi
f. Iklim Kelompok
Iklim
kelompok adalah hasil dari aspek-aspek yang saling berhubungan dalam kelompok
atau produk semua kekuatandalam kelompok. Iklim kelompok ditentukan oleh
tingkat keakraban kelompok sebagai hasil dari aspek-aspek tersebut di atas.
Keakraban yang kuat akan mengontrol perilaku anggota-anggotanya. Iklim kelompok
merupakan hal yang penting dalam mengadakan perubahan dalam kelompok.
Di samping
masalah individu dan masalah kelompok, hal lain yang erat kaitannya dengan
manajemen kelas adalah organisasi sekolah. Organisasi sekolah menentukan
penempatan siswa, pemanfaatan kemampuan dan bakat guru-guru, dan pengelolaan
fisik. Organisasi, prosedur, tujuan, dan fisik direncanakan untuk menentukan
perilaku siswa.
Pengaruh
organisasi sekolah dipandang menentukan di dalam pengarahan perilaku siswa.
Guru dan siswa dipengaruhi oleh organisasi sekolah secara keseluruhan, termasuk
cara pengelompokan, kurikulum, rencana fisik, peraturan-peraturan, nilai sikap,
dan tindakan. Asumsi ini masuk akal sebab organisasi sosial sebagai sub-sistem
dari sistem sosial yang lebih luas termausk sistem persekolahan nasional.