Kelas Nusa

Kelas Nusa
Kelas Nusa : Kita Semua adalah Inspirasi

Tuesday 16 July 2013

Perkembangan Intelektual Peserta Didik

2.1 Pengertian Intelektual Peserta Didik
Istilah  intelek berasal dari bahasa intellect yang berarti 1. Proses kognitif berpikir, daya menghubungkan serta kemampuan menilai dan mempertimbangkan, 2. Kemampuan mental atau intelegensi (caplin,1981,252). Masyarakat umum  mengenal intelegensi sebagai istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran ataupun kemampuan untuk memecahkan problem.
Banyak pengertian intelegensi yang dikemukakan oleh para ahli .L.M Terman menyatakan bahwa intelegensi adalah kesanggupan untuk belajar secara abstrak. Terman membedakan antara kemampuan (ability) yang berhubungan dengan hal-hal yang konkret dan yang abstrak. Orang dikatakan intelegen jika orang tersebut dapat berpikir abstrak dengan baik.
Sedangkan D.Wechsler mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak terarah atau bertujuan berpikir secara rasional serta dapat menghadapi lingkungan dengan efektif (Azwar,1996,7).
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan para ahli intelegensi, dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah kemampuan relative untuk melakukan fungsi mental, meliputi penalaran, pemahaman, mengingat, mengaplikasikan gambar. (Fuherman.1990:286)
Dalam mengkaji intelegensi paling tidak ada dua pendekatan yang biasa dipakai yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif/perkembangan. Pendekatan kuantitatif lebih menitikberatkan pada intelegensi dari sisi psikometris dan struktur intelegensi. Pendekatan psikometris memandang intelegensi sebagai sesuatu yang statis yaitu serangkaian kemampuan yang dapat diukur. Sedangkan pendekatan perkembangan menekankan perkembangan secara kualitatif dalam proses berfikir didasarkan pada pengaruh kematangan dan lingkungan.
Dalam arti sempit intelegensi didasarkan pada intelegensi operasional, termasuk pada taraf-taraf bercirikan intelegensi tertentu. Perkembangan kognisi menurut Piget dapat dibagi menjadi beberapa stadium. Hal ini berarti fungsi kognitif pada umur yang berbeda akan jelas dibedakan satu sama lain. Stadium yang berurutan ini menunjukan kemungkinan kognitif dari yang sebelumnya belum ada. Stadium atau tahap perkembangan kognisi tersebut adalah :
a.         Tahap sensomotorik/instingtif (0-2 tahun)
Tahap ini merupakan masa dimana segala tindakan tergantung melalui pengalaman indrawi. Anak melihat dan meresapkan apa yang terjadi, tetapi belum mempunyai cara untuk mengkatagorikan pengalaman itu.

b.         Tahap praoperasional/intuitif (2-7 tahun)
Dalam tahap ini individu tidak ditentukan oleh pengamatan indrawi sja tetapi oleh intuisi. Pada masa ini anak siap untuk belajar bahasa, membaca, menyanyi. Cara belajar yang memegang peran pada tahap ini adalah intuisi (gerak hati). Pada tahap ini anak suka berkhayal. Intuisi membebaskan mereka dan semaunya berbicara, tanpa menghiraukan pengalaman konkret dan paksaan dari luar. Contohnya adalah ketika anak berbicara sendiri.
c.         Tahap konkret operasional (7-11 tahun)
Pada tahap ini anak sudah memahami hubungan fungsional, karena mereka sudah menguji coba permasalahan. Cara berpikir anak masih konkret belum menangkap yang abstrak.
d.         Tahap format operasional (11 tahun keatas)
Pada tahap ini individu mengembangkan pikiran formalnya. Mereka bisa mencapai logika dan rasio. Arti simbolik dan kiasan dapat mereka mengerti. Melibatkan mereka dalam suatu kegiatan akan lebih memberikan akibat yang lebih positif.

2.2 Hubungan Intelegensi dan Prestasi Belajar
Orang yang mempunyai intelegensi tinggi adalah orang yang memiliki dan dapat menggunakan intelegensi dan kognisinya dengan baik. Orang yang mempunyai intelegensi tinggi diharapkan memiliki cara berpikir yang logis, cepat, mempunyai kemampuan abstraksi  yang baik, mampu mendeteksi, menafsirkan, menyimpulkan, mengevaluasi dan mengingat, menyelesaikan masalah dengan baik, bertindak terarah sesuai dengan tujuan, dapat menyesuaikan dengan tuntutan lingkungan yang baru, dsb.
 Apabila dikaitkan dengan prestasi belajar maka intelegensi merupakan salah satu factor yang menentukan dan menunjang prestasi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan hubungan yang sistematis antara intelegensi dan prestasi belum dapat dinyatakan secara konklusif atau pasti. Hal ini mengisaratkan bahwa pada situasi tertentu prestasi belajar ditentukan oleh intelegensi namun masih banyak factor lain yang ikut berperan.

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Intelek
Secara umum ada dua factor yang mempengaruhi perkembangan intelek yaitu factor bawaan dan factor lingkungan.
a.         Factor bawaan (hereditas)
Sejak terjadinya konsepsi individu telah membawa gen-gen yang berasal dari ayah dan ibu. Sebagian dari gen tersebut memiliki sifat-sifat yang akan menentukan daya kerja intelektualnya. Jadi secara potensial individu telah membawa kemungkinan apakah ia akan mempunyai kemampuan normal, dibawah normal atau diatas normal. Potensi ini akan berkembang akan terwujud secara optimal apabila lingkungan memberikan kesempatan untuk berkembang.
b.         Factor lingkungan
1.         Lingkungan prenatal
Kondisi prenatal yang tidak baik dapat mengganggu perkembangan individu. Malnutrisi dan kekurangan gizi yang dialami ibu selama hamil dapat mengakibatkan kerusakan otak pada janin (Hurlock, 1996:41) yang selanjutnya dapat menyebabkan kesulitan belajar terutama dalam hal ketidakmampuan membaca.
2.         Lingkungan pasca kelahiran
a.         Keluarga
Sesudah lahir ke dunia, keluarga merupakan tempat pertama individu “mengenal dan mempelajari dunia”. Keluarga merupakan sumber pengalaman dan informasi. Disamping itu keluarga juga menjadi tumpuan anak untuk dapat memuaskan segala kebutuhan baik fisik maupun psikis. Gizi yang cukup sangat diperlukan untuk membantu perkembangan otak sehingga daya kerja intelektualnya akan maksimal.
b.         Sekolah
Sekolah merupakan lembaga formal yang memberi tanggungjawab untuk meningkatkan perkembangan anak, termasuk perkembangan intelektualnya. Sarana dan prasarana pendidikan yang memadai merupakan kebutuhan yang vital bagi pengembangan intelektual siswa.
Hereditas dan lingkungan saling berinteraksi dalam mempengaruhi performansi. Dengan kata lain, hereditas menentukan apa yang dapat kita lakukan sedangkan lingkungan menentukan apa yang akan kita lakukan. Dengan demikian,perbedaan individu akan terjadi karena adanya variasi dari hereditas dan lingkungan.

2.4 Usaha-Usaha Untuk Membantu Mengembangkan Kemampuan Intelektual Anak Dalam Proses Pembelajaran
A.  Orangtua                   
Orangtua dapat berperan dalam mengembangkan kemampuan intelektual anak melalui usaha-usaha sebagai berikit :
1.         Orangtua diharapkan memberikan stimulasi mental yang cukup
2.         Memberi dorongan, semangat, serta meningkatkan perasaan mampu anak

3.         Menyediakan sarana dan prasarana belajar yang memadai, menciptakan situasi rumah yang kondusif untuk belajar
4.         Member gizi yang cukup
B. Sekolah
1. menyediakan sarana dan prasarana atau fasilitas belajar mengajar yang memadai
2. Menerapkan system pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Termasuk didalamnya mempertimbangkan adanya perbedaan individual peserta didik.
3. Memberi kesempatan peserta didik untuk learning by doing ( belajar sambil mengerjakan) atau praktek nyata, tidak hanya diberi teori saja.
4. Menciptakan situasi belajar mengajar yang membuat peserta didik mempunyai kebebasan dan keaamanan psikologis.
C. Pemerintah
1. Adanya system pendidikan yang berkualitas dan relative stabil, karena system pendidikan yang berubah ubah akan berdampak tidak baik bagi pendidik maupun peserta didik dan bisa mengakibatkan underachiever ( monks. Dkk. 1999:234)

2. Menetapkan kurikulum yang tidak terlalu sarat muatan karena dapat menimbulkan akibat buruk bagi peserta didik, seperti stress, tak bergairah dan motivasi menurun.

No comments:

Post a Comment