Kelas Nusa

Kelas Nusa
Kelas Nusa : Kita Semua adalah Inspirasi

Tuesday 26 November 2019

5 Bentuk Kegiatan Pembiasaan Pendidikan Karakter di Sekolah

Hai Selamat Datang Sobat SD Nusa. Bapak/Ibu Guru serta teman-teman Guru Muda Indonesia.

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan kebijakan pendidikan yang tujuan utamanya adalah untuk mengimplementasikan Nawacita Presiden Joko Widodo – Jusuf Kala dalam sistem pendidikan nasional. Kebijakan PPK ini terintegrasi dalam Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yaitu perubahan cara berpikir, bersikap, dan bertindak menjadi lebih baik. Nilai-nilai utama PPK adalah religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, integritas. Nilai-nilai ini ingin ditanamkan dan dipraktikkan melalui sistem pendidikan nasional agar diketahui, dipahami, dan diterapkan di seluruh sendi kehidupan di sekolah dan di masyarakat.  PPK lahir karena kesadaran akan tantangan ke depan yang semakin kompleks dan tidak pasti, namun sekaligus melihat ada banyak harapan  bagi masa depan bangsa. Hal ini menuntut lembaga pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik secara keilmuan dan kepribadian, berupa individu-individu yang kokoh dalam nilai-nilai moral, spiritual dan keilmuan. Memahami latar belakang, urgensi, dan konsep dasar PPK menjadi sangat penting bagi kepala sekolah agar dapat menerapkannya sesuai dengan konteks pendidikan di daerah masing-masing (Koesoema, et al. 2017).
           Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) selain merupakan kelanjutan dan kesinambungan dari Gerakan Nasional Pendidikan Karakter Bangsa Tahun 2010 juga merupakan bagian integral Nawacita. Dalam hal ini butir 8 Nawacita: Revolusi Karakter Bangsa dan Gerakan Revolusi Mental dalam pendidikan yang hendak mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk mengadakan perubahan paradigma, yaitu perubahan pola pikir dan cara bertindak, dalam mengelola sekolah. Untuk itu, gerakan PPK menempatkan nilai karakter sebagai dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan dan memberadabkan para pelaku pendidikan. Ada lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK. Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalah religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas. Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip nilai-nilai moral universal, holistik, terintegritas, parsitipatif, kearifan lokal, kecakapan abad XXI, adil dan inklusif, selaras dengan perkembangan peserta didik dan terukur (Hendrawan, et al. 2017).
           Tujuan program PPK adalah menanamkan nilai-nilai pembentukan karakter bangsa secara masif dan efektif melalui implementasi nilai-nilai utama Gerakan Nasional Revolusi Mental (religius, nasionalis, mandiri, gotong-royong dan integritas) yang akan menjadi fokus pembelajaran, pembiasaan, dan pembudayaan, sehingga pendidikan karakter bangsa sungguh dapat mengubah perilaku, cara berpikir dan cara bertindak seluruh bangsa Indonesia menjadi lebih baik dan berintegritas (Koesoema, et al. 2017).
           Pembelajaran adalah wahana yang dirancang oleh pendidik secara sadar untuk mencapai tujuan pendidikan. Pembelajaran terwujudkan dalam interaksi belajar-mengajar yang dinamis dan diarahkan kepada pencapaian tujuan, yaitu perubahan perilaku dan pribadi peserta didik yang optimal. Perubahan yang terjadi pada peserta didik itu ditampilkan dalam karakter, sebagai perilaku yang dilandasi nilai-nilai kehidupan yang sangat  luhur. (Koesoema, et al. 2017).
           Setiap proses pembelajaran melibatkan mata pelajaran tertentu atau tema yang sedang dilaksanakan, metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, serta pengelolaan kelas. Dalam rangkaian penyelenggaraan proses belajar mengajar di kelas guru memiliki kesempatan leluasa untuk mengembangkan karakter siswa. Guru dapat memilih bagian dari mata pelajarannya atau tema pelajaran untuk diintegrasikan dengan pengembangan karakter siswa. Metode belajar yang dipilihpun dapat menjadi media pengembangan karakter. Ketika mengelola kelas guru berkesempatan untuk mengembangkan karakter melalui tindakan dan tutur katanya selama proses pembelajaran berlangsung. (Koesoema, et al. 2017).
               Gerakan PPK dapat dilaksanakan dengan berbasis struktur kurikulum yang sudah ada dan mantap dimiliki oleh sekolah, yaitu pendidikan karakter berbasis kelas, budaya sekolah, dan masyarakat/ komunitas (Albertus, 2015). Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis kelas meliputi mengintegrasikan proses pembelajaran di dalam kelas melalui isi kurikulum dalam mata pelajaran, baik itu secara tematik maupun terintegrasi dalam mata pelajaran, memperkuat manajemen kelas, pilihan metodologi, dan evaluasi pengajaran, mengembangkan muatan lokal sesuai dengan kebutuhan daerah. (Koesoema, et al. 2017).
B. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
           Setiap bangsa memiliki sistem pendidikan nasional. Pendidikan nasional masing-masing bangsa berdasarkan pada dan dijiwai oleh kebudayaannya. Sistem pendidikan nasional Indonesia disusun berdasarkan kepada kebudayaan bangsa dan berdasar pada Pancasila dan UUD 1945 sebagai kristalisasi nilai-nilai hidup bangsa Indonesia. Pendidikan karakter merupakan salah satu fragmen dari sistem pendidikan Indonesia yang semuanya bermuara pada tercapainya kemajuan bangsa Indonesia
           Pengembangan Pendidikan Karakter atau yang selanjutnya disingkat dengan PPK adalah keberlanjutan dari program Pemerintah Indonesia dalam bidang pendidikan khusunya, yang sebelumnya merupakan Pendidikan Karakter Bangsa. Pendidikan karakter sejatinya telah dimulai pengembangan serta implementasinya sejak tahun 2010 sudah melahirkan sekolah-sekolah rintisan yang mampu melaksanakan pembentukan karakter secara kontekstual sesuai dengan potensi lingkungan setempat. Penguatan Pendidikan Karakter di sekolah di harapkan mampu dan dapat memperkuat bakat, potensi dan talenta dari seluruh peserta didik.
           Pendidikan yang saat ini melewatkan dan mengabaikan beberapa dimensi penting dalam pendidikan yaitu olah raga (kinestetik), olah rasa (seni) dan olah hati (etik/spiritual) (Effendy, 2016). Yang kita kembangkan selama ini adalah dimensi akademis, bagaimana cara memperoleh nilai dan kognitive yang baik. Sistem yang sedemikian ini menjadikan peserta didik buta akan nilai dan rasa akan sikap sosial dan etika. Persoalan semacam ini sering sekali ditemukan pada lingkungan kota, dimana lingkungan sosial budaya peserta didik jauh dari sikap simpati dan empati satu sama lain. Sikap indivdualis dan egois mengebiri norma-normal yang harusnya ditegakkan sebagai hakitat dari manusia sebagai makhluk sosial.
Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2010 mengeluarkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pendiikan Karakter untuk mengembangkan rintisan di sekolah-sekolah seluruh Indonesia dengan delapan belas karakter (Effendy, 2016).
           Dalam pelaksanaannya banyak satuan pendidikan yang telah melaksanakan praktik baik (best practice) dalam penerapan pendidikan karakter. Dampak dari penerapan ini adalah terjadi perubahan pembelajaran sehingga prestasi mereka pun juga meningkat. Kemendikbud pada tanggal 16 September 2016 mengemukakan bahwa, sebagian besar sekolah yang diundang sdalam diskusi Praktik Baik Sekolah Pelaksana Penguatan Pendidikan Karakter melakukan pembiasaan dengan penumbuhan dan pembudayaan nilai-nilai karakter yaitu yang disepakati oleh masing-masing sekolah. Kerja sama dan komitmen dari kepala sekolah, guru dan orang tua umumnya menjadi faktor kunci keberhasilan pelaksanaan pendidikan kkarakter di masing-masing sekolah tersebut.
           Ada lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK (Hendrawan, 2016). Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai beikut:
1.    Religius
Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.
Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama dan individu dengan alam semesta (lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencitai dan menjaga keutuhan ciptaan.
Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih
2.    Nasionalis
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial dan budaya, ekonomi dan politik bangsa, menmepatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan bangsa, rela berkorban, unggul dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keberagaman budaya, suku dan agama.
3.    Mandiri
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisaiskan harapan, mimpi dan cita-cita.
Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
4.    Gotong Royong
Nilai karakter goyong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan.
Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan dan sikap kerelawanan.
5.      Integritas
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral). Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran.
Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggungjawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas).


C. Implementasi PPK Berbasis Kelas Bagi Siswa Sekolah Dasar
Gerakan PPK dapat dilaksanakan dengan berbasis struktur kurikulum yang sudah ada dan mantab dimiliki oleh sekolah, yaitu salah satunya pendidikan karakter berbasis kelas (Albertus, 2015). PPK berbasis kelas difokuskan ke dalam tiga hal, antara lain:
a.       Mengintegrasikan proses pembelajaran di dalam kelas melalui isi kurikulum dalam mata pelajaran, baik itu secara tematik maupun terintegrasi dalam mata pelajaran
b.      Memperkuat manajemen kelas, pilihan metodologi dan evaluasi pengajaran

c.       Mengembangkan muatan lokal sesuai dengan kebutuhan daerah

    Bentuk-Bentuk Kegiatan Pembiasaan Program Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar

    1. Pembiasaan Salam dan Salim
       
Pembiasaan Salam dan Salim

  Kegiatan Pembiasaan Salam dan Salim menanamkan sikap hormat terhadap guru dan warga sekolah, budaya sekolah yang baik adalah saling menghormati saling menghargai seluruh warga sekolah.




No comments:

Post a Comment